Dengan demikian kondisi darurat anak-anak disebabkan efek simultan yang tak hanya berakhir di bangku sekolah atau lingkungan sosial lainnya. Tanpa disadari krisis sastra anak dan bacaan anak turut pula memberikan andil kondisi darurat anak. Anak-anak kering imajinasinya, dunia literasi yang diharapkan membentuk karakter anak menjelma dunia yang tak dirambah anak-anak.
Sastra sebagai bagian yang merekonstruksi perkembangan jiwa anak tak lagi dilirik. Tak ada lagi ketokohan yang meriuh macam Tom Sawyer, Hucklibery Finn, atau cerita bersahaja petualangan anak-anak Bangka Belitung lewat kisah Laskar Pelanginya Andreas Hirata. Ruang kelas dunia pendidikan senyap sunyi dari gelanggang imajinasi sastra. Akankah kondisi seperti bak jalan tak ada ujung?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H