Mohon tunggu...
sena maulana
sena maulana Mohon Tunggu... Guru - pelajar

Muslim Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Riwayat Ali bin Abi Thalib dan Masa Kekhalifahannya

2 November 2019   13:43 Diperbarui: 25 Juni 2021   02:20 3833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ali bin Abi Thalib lahir pada tanggal 23 Rajab tahun 23 sebelum Hijriyah keturunan Bani Hasyim yang sejak kecil diasuh oleh Sayyidatu Khodijah, yang merupakan salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang memeluk Islam pada saat usianya yang masih dini sekitar usianya, yang termasuk kedalam As-Sabiqunal Awwalun. 

Ali mendapatkan pelajaran-pelajarn penting saat itu, langsung dari Rasulullah, dan sebagai salah satu pemeluk Islam yang terdahulu, Ali telah terlibat dari berbagai hal yang besar pada saat masa kenabian Rasulullah SAW.

Walaupun Ali merupakan sosok yang paling muda diantara para sahabat-sahabat yang lainnya, tidak menjadikan alasan baginya untuk membela dan memperjuangkan Agama Islam yang di Ridhai Allah SWT. 

Baca juga : Meneladani Ali bin Abi Thalib Pembela Rasulullah Semenjak Remaja

Sebagai contohnya saja, Ali bin Abi Thalib yang menggantikan Rasul sebagi seorang yang berbaring ketika terjadi penyerbuan di rumah Rasul SAW, yang dilakukan guna mengkelabui para kafir quraisy pada saat itu supaya tidak terkesan kosong, yang pada saat itu Rasul berdiam diri di goa Tsur selama tiga hari bersama Abu Bakar, sebulum masa hijrahnya Rasulullah SAW. 

Ali juga mengkuti segala perang yang terjadi pada masa kenabian Rasulullah kecuali perang Tabuk, Ali berperan sebagai pengusung panji dan sebagai sekretaris atau pembawa pesan Rasul. Ali juga pernah di amanatkan untuk menjadi pemimpin perang pada perang Khaibar. 

Dalam hidupnya, Ali menikahi salah seorang perempuan yang mulia yakni Putri Rasulullah yakni Fathimah Az-Zahra, yang pada awal nasabnya Ali merupakan sepupu dari Rasulullah SAW, dan dengan pernikahan ini menjadikan Ali sebagai menantu Beliau.

Selepasnya masa yang pertama yakni masa kenabian, berdirilah khilafah-khilafah 'Ala Minhadzi An-Nubuwwah yang sering dikenal sebagai masa Khulafaur Rasyidin. Setelah berdiri dan meniggalnya tiga khilafah pertama Abu Bakar, Umar, dan Utsman dipilihlah Ali sebagai penerus kekhilafahan selanjutnya. 

Baca juga : Meneladani Kesederhanaan Khalifah Ali bin Abi Thalib

Ali mempunya sifat yang taat dan tegas akan hukum-hukum yang telah disyari'atkan oleh agam Islam, maka ketika pema'afan putra Umar yakni Ubaidullah bin Umar, Ali termasuk seorang yang tidak setuju akan keputusan Utsman bin Affan pada saat itu, yang di mata Ali ialah qisas karena hukum bagi yang telah membunuh orang yang tidak salah, yang saharusnya apabila terjadi hukum qisas harus diberikan hakim atau pengadilan tidak bertindak sendiri.

Yang pada mulanya sebelum Ali di baiat sebagai khalifah, di masa setelah terbunuhnya Utsman pada saat pengepungan wilayah kediamannya, umat Muslim mengalami Vacum of Power, dan pada saat itulah terjadi pergolakan. 

Kemudian ketika terbunuhnya Utsman tidak ada persiapan untuk pemilihan kekhalifahan selanjutnya, tapi ada kandidatnya yakni Talhah, Zubair, dan Ali. Namun akhirnya ditujukan kepemimpinan ini kepada Ali bin Abi Thalib, yang dimana para kelurga dari Utsman bin Affan menuntut kepada Ali yang mana harus menyelesaikan permasalahan atau tragedi pembunuhan Utsman sebelum di baiat.

Baca juga : Sinar Keimanan Sahabat Ali bin Abi Thalib di Bawah Naungan Wahyu Ilahi

Dalam kepemimpinannya, Ali mengirim Sahul ke Syiria untuk menjadi gubernur di Syiria sana dan menggantikan kedudukan Muawwiyah disana. Sedang disisi lain, Muawwiyah tidak berbaiat kepada Ali sebelum Ali menyelesaikan kasus pembunuhan Utsman bin Affan. 

Terjadi huru-hara pada saat kepemimpinan Ali bin Abi Thalib yang salah satunya merupakan terjadinya perang jamal yang terjadi atas kesalah pahaman antar mereka, yang terjadi akibat adu domba para munafiqiin, yang mengadu domba antara Ali dengan para sahabat yang lainnya seperti Talhah, serta Zubair yang kemudian salah satunya merupakan isteri Rasulullah Aisyah.

Perang ini merupakan benarnya sebuah kabar yang pernah di kabarkan oleh Rasulullah pada saat itu, yang apabila tidak terjadi maka dustalah Rasulullah. Yang dikabarkan oleh Rasulullah kepada orang-orang yang bersangkutan akan perang ini, misal kepada Ali serta Zubair. 

Dalam perang ini gugur dua sahabat yakni Zubair dan Talhah, yang terjadi akibat kesalah pahaman yang dipicu oleh khawarij, dan yang membunuh mereka bukanlah sahabat sendiri melainkan para khawarij itu.

Lambat laun pada tanggal 19 Ramadhan tahun 40 hijriyah saat sholat di Masjid Agung Kufah, yang secara tiba-tiba Ali yang sedang menunaikan sholat subuh diserang oleh orang khawarij dengan pedang yang diberi racun olehnya bernama abdurrahman bin muljam, dalam keadaan sujud ia diserang. 

Lantas setelah selesainya sholat Ali dia memerintahkan anak-anaknya agar tidak menyerang khawarij tadi apabila dirinya selamat, dan apabila Ali meninggal maka dia hanya diberi satu pukulan, terlepas apakah dia akan meninggal atau tidak.

Dua hari setelah Ali diserang, beliau meninggal pada tanggal 21 Ramadhan, dan pada akhirnya dan pada akhirnya Hasan bin Ali memenuhi qisas dan memberikan kepada abdurrahman bin muljam atas apa yang telah dilakukan olehnya atas Ali, yang mengakibatkan Ali meniggal dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun