Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Abad Pertengahan (Bagian 3): Thomas Aquinos

20 Desember 2019   21:01 Diperbarui: 20 Desember 2019   22:03 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berkas:Benozzo Gozzoli 004a.jpg (Directmedia)

Penutup

Seperti halnya Ibnu Rushd yang sukses 'mengislamkan' Aristoteles, demikian juga  Thomas berhasil memfasilitasi ajaran akal budi dari Aristoteles dan keyakinkan para pemikir gereja tentang pentingnya akal budi untuk membuktikan kebenaran wahyu. Lewat akal budilah wahyu dapat dipahami dengan tepat. Tetapi juga, hanya lewat wahyu manusia memiliki pengertian yang tepat tentang realitas.  Disini terlihat perbedaan yang esensial dengan Ibnu Rushd, dimana Rushd  meganjurkan penyesuaikan interpretasi ayat-ayat suci dengan akal budi ketika terjadi perbedaan, maka Thomas justru menekankan penyesuaian akal budi dengan kebenaran wahyu.

Perlu dicatat juga bahwa pemikiran Thomas Aquinos dipengaruhi oleh filsuf Arab, terutama Ibnu Sina, Ibnu Rush dan Imam Al-Ghazali.  Ia juga memiliki rekam narasi pernah mengkritik Ibnu Rushd dalam upaya 'membela' serangan Rushd pada Al-Ghazali, antara lain terkait pemahaman tentang kebangkitan badan (jasmani). Lewat para filsuf Arab itu ia mengenal pemikiran-pemikiran Aristoteles yang ditolak di Barat  yang lebih akrab dengan filsafat Platon dan Plotitnos. Bahkan, kemudian ia sukses 'meng-aristoteles-kan dunia Barat.

Kiranya, di penghujung abad pertengahan yang makin terbuka pada peran akal-budi, lewat peran-peran sentral pemikir Skolastik macam Thomas Aquinos, Ibnu Rushd, William Ockham, Dante Alighieri, dan lainnya, meski mungkin tanpa disadari, telah menciptakan 'kondisi kesuburan' bagi tumbuhnya bibit-bibit pembaharuan, dan menyingkap kabut bagi munculnya fajar pencerahan di ujung malam abad kegelapan.

Referensi  Rujukan

Gaarder, Jostein, 2016, Dunia Sophie Sebuah Novel Filsafat, (Alihabahasa oleh Rahmani Astuti), Penerbit Mizan

Simon P.L.Tjahjadi, 2004, Petualangan Intelektual Konfrontasi dengan Para Filsuf dari Zaman Yunani hingga Zaman Modern, Penerbit Kanisius

Kuliah Salihara Mei 2016 oleh Rm.Adrianus Sunarko https://www.youtube.com/watch?v=Ip97dr_y_rY

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun