Bagaimana itu terjadi? Perhitungannya sederhana saja. SN terjerat banyak kasus, dan itu akan diangkat sedemikian rupa sehingga “kekotorannya” SN jauh lebih pekat dari lumpur Lapindo. Selama tiga tahun ke depan, dengan bersembunyi dibalik “kursi emas megah KDP,” ARB lepas dari sorotan publik. Harapannya, dengan itu ingatan publik terhadap kasus Lapindo makin memudar. Apalagi dibandingkan dengan kasus-kasus SN yang jumlahnya lebih banyak, dan sebagai pimpinan DPP selalu menjadi sasaran tembak, sebagaimana dialami ARB selama dua kali Pemilu. Di sini, SN tidak mungkin dicalonkan menjadi capres maupun cawapres.
Setidaknya ada dua alasan kuat. Pertama; seperti sudah disebutkan, “dosa” SN jauh lebih hitam dari dosa ARB. Dosa besar SN itu menjadi semacam rantai yang sudah terkiat di leher, dan ARB tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menariknya bila diperlukan. Kedua; Pilpres dan Pileg 2019 dilaksakan secara serempak sehingga setiap Parpol bisa mengajukan capres sendiri (tanpa presidential treshold). Karena keputusan itu termasuk keputusan strategis maka DPP Golkar harus putuskan bersama KDP. Frase “putuskan bersama” itu hanya penghalusan, yang sesungguhnya adalah, DPP harus mendengar instruksi KDP. Dengan kata lain, keputusan siapa yang maju sebagai pasangan Capres-cawapres dari Partai Golkar sepenunya berada ditangan KDP. Dan, seperti patronnya, the smiling general yang selalu “tidak ingin berkuasa” namun karena “rakyat dan warga Golkar mendesak,” maka ARB sudah pasti tidak tahan akan desakan itu. Jadilah, SN bekerja keras membenahi Golkar, menaikan dukungan, tetapi Ketua Dewan Pembina, ARB menikmati hasilnya.
Maka saya ingin menegaskan kesimpulan saya. Peryantaan SN bahwa Golkar mendukung Jokowi sebagai Capres 2019 itu sesungguhnya racun memabukkan. Seperti tuba, SN menaburnya ke kolam politik Jokowi hanya untuk menjaring massa pendukung sang Presiden. Tetapi, di ujungnya ARB, sang KDP-lah yang akan menjadi Capres Golkar 2019!
Salam kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H