Mohon tunggu...
Semuel Leunufna
Semuel Leunufna Mohon Tunggu... Dosen - You Will Never Win if You Never Begin

Dosen Universitas Pattimura Ambon

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Martha Christina Tiahahu dalam Cermin Awal Abad Ke- 21

17 Mei 2022   14:56 Diperbarui: 17 Mei 2022   15:15 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perjalanan dengan kapal, Martha Christina Tiahahu melalukan aksi mogok makan hingga meninggal dunia ditengah laut. Jenasah gadis belia itu dibuang ke kedalaman Laut Banda. Tentu dengan tembakan salvo dari atas kapal perang Eversten, sebagaimana seorang pahlawan sejati yang mendapatkan respek bahkan dari lawannya, para penjajah.

Demikian sekilas perjuangan Martha Christina Tiahahu, berjuang dengan semangat yang berkobar, dimotori rasa cinta pada tanah air dan negrinya, menggunakan senjata sederhana yang dimiliki, parang. Ketika tidak berdaya dalam penahanan dan upaya perbudakan, tetap melakukan perlawanan tanpa kekerasan yakni menolak mematuhi keinginan penjajah, menolak bekerja sama, mogok makan hingga mati. Bertahun-tahun kemudian muncul beberapa pahlawan dunia dengan bentuk perjuangan menyerupai apa yang dipraktekkan Martha Christina Tiahahu. Mahatma Gandhi (1869-1948) dengan perjuangan non-violence resistance atau civil disobidience, serta Abraham Lincoln (1809-1865) yang berjuang melawan perbudakan meskipun harus melalui perang saudara merupakan dua tokoh yang dapat dikemukakan (Arso, 2015)

Presentasi, Diskusi dan Rekomendasi 

Dalam bahasan ini penulis mensitir beberapa bagian pembicaraan narasumber, secara khusus yang berhubungan dengan bidang profesi dan keahlian penulis, pendidikan dan keanekaragaman hayati, selanjutnya bila dianggap perlu, penulis mengusulkan rekomendasi untuk dilaksanakan.

Mentri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Prof. Dr. Y. Yambise MA, menyatakan dukungan terhadap penyelenggaraan sarasehan meskipun tidak sempat menghadiri kegiatan dimaksud. Pesan Mentri secara singkat dibacakan Deputi Bidang Politik Sosial dan Hukum. Pesan serupa juga disampaikan dalam kesempatan audiensi dengan beliau. Dua hal yang dirasa penting untuk kemukakan adalah pertama, "jadikan event sarasehan ini sebagai suatu langkah awal menghimpun materi atau bahan bagi penulisan suatu buku tentang Martha Christina Tiahahu sebagai suatu cara meninggalkan legacy Martha Christina Tiahahu kepada generasi penerus".

Kedua, "jadikan ruang kantor departemen pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak sebagai venue pelaksanaan sarasehan berikutnya". Pesan kedua tentu suatu bentuk lain dukungan dan apresiasi terhadap nilai-nilai kepahlawanan yang di wariskan Martha Chrsitina Tiahahu, melalui pelaksanaan kegiatan berikutnya, yang perlu ditanggapi yayasan penyelenggara (ARSO).

Pesan pertama menurut kami membawa suatu muatan yang perlu ditanggapi secara serius. Menulis buku yang berkualitas tidak mudah karena memerlukan data-data yang original (asli) dan autentik (dari sumber yang terpercaya) terutama dalan keadaan ketersediaan literatur yang minim. Dengan demikian menurut kami, sarasehan perlu memberikan rekomendasi untuk dilakukan penelitian-penelitian dalam berbagai apek terkait Martha Christina Tiahahu agar nantinya menjadi bahan bahasan pada sarasehan berikutnya. Rekomendasi disampaikan kepada Arso untuk bekerja sama  dengan berbagai pihak terutama para sejarawan Universitas Pattimura.

Prof. Sapteno memulai dengan mengemukakan keprihatinan kurangnya apresiasi  terhadap nilai kepahlawanan yang ditampilkan tokoh Martha Christina Tiahahu. Menurut Prof. Sapteno nilai-nilai dimaksud perlu ditanamkan khususnya pada generasi muda bahkan melalui mimbar Geraja, Mesjid, Wihara dan lainnya. Meskipun demikian, perlu pula dicatat bahwa pelaksanaan sarasehan kali ini, yang merupakan sarasehan kedua terkait Marta Christina Tiahahu oleh yayasan Arso, menunjukkan semakin meningkatnya apresiasi terhadap perjuangan Martha Christina Tiahahu, terutama nantinya diikuti penulisan buku, serta usulan menjadikan wilayah Nusalaut sebagai situs warisan dunia (World Heritage), sebagaimana bahasan yang berkembang dalam sarasehan, melengkapi patung, kartu pos serta nama jalan yang sudah ada.  Tentu dalam konteks pendidikan, usulan Prof. Sapteno memiliki tempat tersendiri.

Terpuruknya pendidikan di Maluku yakni menduduki urutan ke-32 dari 34 Propinsi di Indonesia, menurut Prof. Sapteno, disebabkan faktor luar dan faktor dalam. Termasuk dalam factor luar adalah diskriminasi dalam politik anggaran terhadap Daerah Maluku oleh Pemerintah Pusat. Penganggaran yang relatif sedikit jumlahnya, tidak memungkinkan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu secara relatif terhadap wilayah lainnya di Indonesia.

Faktor penyebab dari dalam, menurut Prof. Sapteno, adalah budaya masyarakat Maluku yang saling menjatuhkan yang diibaratkan ketam/kepiting dalam keranjang.  Tidak satupun kepiting yang dapat mencapai puncak dan keluar dari keranjang disebabkan tarik-menarik diantara kaki-kaki kepiting satu dengan lainnya. Sayangnya pembahasan ini hanya berahir dengan himbauan tanpa menawarkan suatu solusi kongkrit.

Diantara solusi yang dapat dikemukakan, kami menawarkan mengadopsi konsep Mestakung (Semesta Mendukung) gagasan Prof. Yohanes Surya, pemrakarsa pembentukan Tim Olempiade Fisika Indonesia (TOFI). Mestakung mengajarkan menjadi pionir, mengambil inisiatif, melakukan secara sukarela dengan usaha yang sungguh-sungguh dan tekun. Semesta akan mendukung pada saatnya ketika permasalahan dihadapi. Kami mendengar pertama kali tentang prakarsa Prof. Yohanes Surya membentuk TOFI ketika sedang belajar pada University of Guelph, Ontario, Canada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun