Mohon tunggu...
Semino Gelumbur
Semino Gelumbur Mohon Tunggu... Guru - Tutor ESL dan Pragmatik

Pemerhati Wacana Ideologi dan Pendidikano

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Self-Identity dan True-Self (2)

12 Oktober 2020   14:18 Diperbarui: 12 Oktober 2020   14:36 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

(TUGAS PERSONA)

Sebagai makhluk sosial manusia harus mengambil peran sosial agar bisa diterima, disukai, dihargai oleh manusia lain. Tujuannya tentu agar semua hepi.

Peran yang diharapkan tentu peran yang baik, sementara kriteria peran baik adalah sebagaimana yang diharapkan masyarakat, norma masyarakat dan tuntunan agama. Dus untuk dianggap baik seorang individu harus berprilaku sesuai norma yang dimaui masyarakat, artinya butuh validasi dari orang lain yang tinggal di lingkungannya. Di sinilah hepi dan tidaknya individu bisa dilihat.

Mungkin cerita berikut bisa memperjelas maksudku. Begini ...

--- oOo ---

Kacarita .... di Pondok Pertapaan Argasekar ...
Dua anak kakak beradik yang saling menyayangi. Sumantri dan Sukrosono selalu bersama. Saat sang kakak di bawah pohon di situ ada Sukrosono. Saat sang adik duduk di pinggir sendang, di situ Sumantri menemaninya.Mereka seolah sejiwa walau tampilan fisik mereka sangat berbeda bagaikan warna putih dan hitam.

Begawan Suwandagni, bapak mereka, sering memandangi mereka dengan bibir tersungging menahan rasa hepi syukurnya. Sering tak bisa menahan gumam, " Weladalah ... anak anakku semoga kamu selalu rukun hingga kau berdua dewasa".

"Tata lahir Sumantri santosa tapi tidak adiknya, tata lahir nyandang sukerta (cacat), tapi tata batin Sukrosono santosa". Melihat Sukrosono, sebagai bapaknya Begawan Suwandagni meneteskan air mata bahagia atas hati damai putra kesayangannya. Pertapaan Argasekar yang asri menjadi saksi kedamaian mereka.

Saat Sumantri menginjak dewasa, ia berpamitan meninggalkan adiiknya untuk mengabdi pada Raja Maespati, Prabu Sosrobahu. Sukrosono langsung melompat pegang lengan Sumantri erat erat, "A aku i icut kakang Antri ... kakang Antri ...." pintanya.

Trenyuh hati Sumantri, tapi gak mungkin membawa adik buruk rupa ke Istana Maespati. Bapak mereka paham. Mengijinkan mereka berdua pergi. Akhirnya mereka berdua pergi, tetapi saling menjaga jarak.(Anda tahu ini bukan karena pandemi ).

Sesampai di Maespati .... (ngopi dulu)
Setelah meminta adiknya bersembunyi, Sumantri menghadap Prabu Sosrobahu.

Sang Raja akan kabulkan permintaan Sumantri jadi abdi apabila ia berhasil memboyong Dewi Citrawati ke Istana Maespati. Sumantri sanggup, dan saat itu juga berangkat ke Negeri Magada. Sukrosono mengikuti kakaknya dari kejauhan.

Citrawati ternyata jadi rebutan seribu raja. Negeri Magada telah dikepung seribu raja beserta pasukan mereka. Kehadiran Sumantri membuat Raja Magada sedikit lega. Prabu Citragada akan merelakan Citrawati untuk diboyong ke Maespati bila Sumantri berhasil memukul mundur seribu raja beserta pasukan.

Di palagan perang satu dua raja dengan mudah dikalahkan Sumantri. Saat serbuan bersama para raja, tanpa sepengetahuan sang kakak Sukrosono mambayanginya dari belakang dan melancarkan serangan maut dengan power magisnya sehingga seribu raja beserta pasukan kocar kacir melarikan diri.

Melihat musuh terus mundur, Sukrosono diam diam kembali bersembunyi di hutan dan karena capek tertidur lelap. Sesuai janji Pabru Citragada, Sumantri memboyong Dewi Citrawati. Dalam perjalanan Citrawati makin lama makin kelihatan mingis mingis. "Weladalah kok cantik banget", kata Sumantri dalam hati.

Di tengah perjalanan mendekati Maespati, Sumantri berubah pikiran, tidak menyerahkan Citrawati, malah menantang Prabu Sosrobahu untuk bertanding. Prabu Sosrobahu marah bertiwikarama menjadi Brahala Sewu, raksasa sebesar gunung anakan. Sumantri mengeluarkan senjata Cakra, diarahkan ke leher Brahala Sewu.

Saat Cakra melesat terbang, Brahala Sewu justru membuka mulut melahap senjata Cakra. Brahala Sewu kembali berubah ujud aslinya. Sumantri takluk, tapi Citrawati masih punya permintaan, sebuah taman, yang bernama Taman Sriwedari. Untuk itu, Sumantri tidak dihukum apabila bisa memindahkan Taman Sriwedari dari Kahyangan Untoro Segoro ke Negeri Maespati.

Kali ini Sumantri bersedih. Bayangan Sriwedari tidak ada. Sukrosono menghampiri, kemudian diceritakanlah permintaan Dewi Citrawati oleh Sumantri. Seperti biasa, tidak butuh waktu lama, dalam sekejap Taman Sriwedari sudah berada di depan Sumantri. "Terimakasih, adikku" kata Sumantri hepi. Dia pamit mau langsung menghadap raja. seperti biasa Sukrosono diminta bersembunyi.

Setelah mendapat laporan dari Sumantri. Prabu Sosrobahu bersama Dewi Citrawati tak sabar untuk segera menyaksikan Taman Sriwedari. Kagum luar biasa mereka sesampai di taman. Dewi Cintrawati langsung ingin menapaki seluruh penjuru taman.

Tiba tiba Dewi Cintrawati menjerit, kepergok dengan makhluk raksasa kerdil, Sukrosono. Prabu Sosrobahu memberi perintah pada Sumantri untuk segara mengenyahkan raksasa cebol. Seketika itu Sumantri melompat untuk menyingkirkan Sukrosono.

"Kakang Antri" sapa Sukrosono
"Adikku, segeralah menyingkir" desak Sumantri.
"Tidak, a aku i icut kakang Antri"
"Pergilah, adikku ..." ujar Sumantri dengan bibir bergetar.

Sumantri mengarahkan anak panahnya ke leher Sukrosono. "Pergilah ... Sukrosono" pintanya.

Mendengar suara Prabu Sosrobahu dan Dewi Citrawati, Sumantri berkeringat. Saat menoleh ke belakang, anak panah terlepas. Tersungkurlah Sukrosono. Ujung panah tertancap di leher adiknya.

"Sukrosono ...!!!" teriak Sumantri sambil melompat merangkul adiknya. Air mata dan cipratan darah bercampur di wajah kedua kakak adik itu.
"Kakang Antri ... a aku sa sayang  ka ..."

--oOo--

Sumantri telah melaksanakan tugas tugas personanya, tapi mengapa harus ada darah dan air mata?

Begini penjelasannya ...

(To be continued)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun