Mohon tunggu...
Semino Gelumbur
Semino Gelumbur Mohon Tunggu... Guru - Tutor ESL dan Pragmatik

Pemerhati Wacana Ideologi dan Pendidikano

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Self-Identity dan True-Self (2)

12 Oktober 2020   14:18 Diperbarui: 12 Oktober 2020   14:36 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sang Raja akan kabulkan permintaan Sumantri jadi abdi apabila ia berhasil memboyong Dewi Citrawati ke Istana Maespati. Sumantri sanggup, dan saat itu juga berangkat ke Negeri Magada. Sukrosono mengikuti kakaknya dari kejauhan.

Citrawati ternyata jadi rebutan seribu raja. Negeri Magada telah dikepung seribu raja beserta pasukan mereka. Kehadiran Sumantri membuat Raja Magada sedikit lega. Prabu Citragada akan merelakan Citrawati untuk diboyong ke Maespati bila Sumantri berhasil memukul mundur seribu raja beserta pasukan.

Di palagan perang satu dua raja dengan mudah dikalahkan Sumantri. Saat serbuan bersama para raja, tanpa sepengetahuan sang kakak Sukrosono mambayanginya dari belakang dan melancarkan serangan maut dengan power magisnya sehingga seribu raja beserta pasukan kocar kacir melarikan diri.

Melihat musuh terus mundur, Sukrosono diam diam kembali bersembunyi di hutan dan karena capek tertidur lelap. Sesuai janji Pabru Citragada, Sumantri memboyong Dewi Citrawati. Dalam perjalanan Citrawati makin lama makin kelihatan mingis mingis. "Weladalah kok cantik banget", kata Sumantri dalam hati.

Di tengah perjalanan mendekati Maespati, Sumantri berubah pikiran, tidak menyerahkan Citrawati, malah menantang Prabu Sosrobahu untuk bertanding. Prabu Sosrobahu marah bertiwikarama menjadi Brahala Sewu, raksasa sebesar gunung anakan. Sumantri mengeluarkan senjata Cakra, diarahkan ke leher Brahala Sewu.

Saat Cakra melesat terbang, Brahala Sewu justru membuka mulut melahap senjata Cakra. Brahala Sewu kembali berubah ujud aslinya. Sumantri takluk, tapi Citrawati masih punya permintaan, sebuah taman, yang bernama Taman Sriwedari. Untuk itu, Sumantri tidak dihukum apabila bisa memindahkan Taman Sriwedari dari Kahyangan Untoro Segoro ke Negeri Maespati.

Kali ini Sumantri bersedih. Bayangan Sriwedari tidak ada. Sukrosono menghampiri, kemudian diceritakanlah permintaan Dewi Citrawati oleh Sumantri. Seperti biasa, tidak butuh waktu lama, dalam sekejap Taman Sriwedari sudah berada di depan Sumantri. "Terimakasih, adikku" kata Sumantri hepi. Dia pamit mau langsung menghadap raja. seperti biasa Sukrosono diminta bersembunyi.

Setelah mendapat laporan dari Sumantri. Prabu Sosrobahu bersama Dewi Citrawati tak sabar untuk segera menyaksikan Taman Sriwedari. Kagum luar biasa mereka sesampai di taman. Dewi Cintrawati langsung ingin menapaki seluruh penjuru taman.

Tiba tiba Dewi Cintrawati menjerit, kepergok dengan makhluk raksasa kerdil, Sukrosono. Prabu Sosrobahu memberi perintah pada Sumantri untuk segara mengenyahkan raksasa cebol. Seketika itu Sumantri melompat untuk menyingkirkan Sukrosono.

"Kakang Antri" sapa Sukrosono
"Adikku, segeralah menyingkir" desak Sumantri.
"Tidak, a aku i icut kakang Antri"
"Pergilah, adikku ..." ujar Sumantri dengan bibir bergetar.

Sumantri mengarahkan anak panahnya ke leher Sukrosono. "Pergilah ... Sukrosono" pintanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun