Banyak banget. Skala aktingnya saja beda. Ekspresi akting di panggung harus lebih besar, lebih jelas, lebih tegas. Penyampaian suara juga harus lebih keras. Diksi kita juga harus lebih jelas juga. Belum lagi make up dan kostumnya yang juga beda. Terus kalau di atas panggung kan nggak ada retake. Semuanya live. Jadi benar-benar harus spontan. Harus sensitif soal reaksi dan aksi. Semuanya harus cepat. Karena kalau nggak cepat bisa basi. Lalu, di atas panggung semuanya harus in control. Kita harus bisa mengantisipasi beberapa aspek yang mungkin berada di luar kontrol kita. Di teater, akting memang bagian yang penting. Tapi masih banyak hal lain yang tidak boleh diabaikan, seperti koreografi dan blocking. Sementara, di filem aku bisa fokus ke skripnya. Aku bisa lebih menggali karakternya. Bisa lebih fokus. Di depan kamera, kita bisa pure akting dan fokus pada karakternya.
Butuh berapa lama untuk mendalami satu karakter?
Kalau di Indonesia, waktunya tidak ditentukan. Tergantung produksinya. Seperti 99 Cahaya, aku baru dapat skrip yang benar-benar locked satu setengah minggu sebelum syuting. Tapi di Supernova dan 5 Cm, aku dikasih waktu 3 bulan untuk reading. Jadi itu tergantung waktu produksi. Nah, sebagai aktris Indonesia, hal itu jadi lebih menantang karena kita selalu harus prepare. Kita harus bisa memaksimalkan berapa pun waktu yang diberikan.
Bagaimana ceritanya bisa ikutan main di Supernova?
Kebetulan, production house yang bikin Supernova sama dengan yang bikin 5 Cm. Jadi semua pemeran 5 Cm dikasting ulang untuk Supernova dan ternyata cocok. Tapi semuanya tetap harus melalui proses yang sesuai dengan persiapan produksi filem.
Sebelum ditawari main Supernova, pernah baca novelnya?
Belum pernah karena kan aku kuliah di luar negeri. Tapi aku sudah pernah mendengar bahwa novel tersebut bagus. Aku sendiri nggak terlalu suka baca novel, sejujurnya. Tapi waktu aku baca Supernova aku benar-benar langsung tertarik dengan filosofinya dan alur ceritanya. Buku ini memang benar-benar sesuatu yang beda banget. Dan, sesuatu yang beda selalu menantang buat aku. Aku bayangkan akan sangat menarik jika buku ini difilemkan. Jadi aku benar-benar ingin jadi bagian filem ini.
Sulit nggak memerankan tokoh Rana?
Everytime I get the character itu gampang-gampang susah. Buat aku, menjadi suatu tanggung jawab yang besar untuk memerankan satu tokoh. Dan, karena filem ini berasal dari buku, akan banyak ekspektasi orang yang sudah baca bukunya terhadap masing-masing karakter. Apalagi karakter Rana sangat berbeda dengan karakter Raline Shah. Dan, banyak tema yang depresif banget. Jadi banyak banget nangisnya. Aku harus bekerja keras menyambungkan pikiran-pikiran yang aku punya dengan karakter diri Rana secara natural. Aku percaya kita nggak bisa seratus persen mengubah diri menjadi sama persis dengan karakter yang akan kita perankan. Yang penting buat aku, bagaimana caranya kita bisa berperan sebagai karakter tersebut secara natural dan pesan yang ingin disampaikan filem itu bisa tercapai.
Puas dengan peran di Supernova?
Aku nggak pernah merasa cukup dengan tiap penampilan aku di filem manapun. Karena kalau aku merasa puas, aku akan malas menggali lebih dalam lagi karakter yang akan aku perankan selanjutnya. Dengan Supernova aku nggak puas. Dengan 5 Cm apalagi. Masih banyak yang aku rasa aku harus gali lagi.