Mohon tunggu...
Sembodo Sukmamukti
Sembodo Sukmamukti Mohon Tunggu... Karyawan -

Seorang Ayah yang Aktif di Organisasi Kepemudaan | FORMI Kab. Trenggalek | FPT Kab. Trenggalek | Karang Taruna Kab. Trenggalek | Vespa "SMOOT"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Malam

17 November 2017   09:13 Diperbarui: 17 November 2017   09:32 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sang Malam....

Pada pemilik cawan suci, aku berkata padamu

Sungguh susah jika hati itu adalah dua hati yang sedang bernyanyi.

Sungguh nestapa jika pertapa sedang membacakan suluk wirang,

sementara ayair-syairnya masih ingin membacakan kisahmu.

Wahai Sang Malam....Sang cinta Adam sepi, ...

Dengarlah, kalau gubug lemah itu sedang  terbaring dengan ratapan hati .

Yang berharap atas mimpi yang telah harus diciptakan olehmu.

Yang berbias atas rindu, yang  telah dijanjikan olehmu untuk disamakan.

Yang menjadi pilihan kekasih untuk sampai saatnya letih telah terganti.

Sang Malam ...

Bolehkah aku memintamu tuk menjadi tempat aku menyimpan pujamu?

Karena cahaya hati ini terlalu gelap untuk menunggumu.

Sang Malam ...

Mungkin arjuna telah rapuh dengan gendewa tak bertumpu.

Mungkin angin telah merasa lelah sesak untuk terus berlari.

Berlari dengan sesuatu yang tidak berani sebelumnya untuk ditasbihkan.

Sesuatu yang membelah rohul khudus di langit menjadi suatu keniscayaan.

Sang Malam ...

Sampai kapankah kuharus berlari tuk temukan aroma nafasmu,

sementara nafasku telah mati tersengal.

Sampai kapankah kuharus mencoba menepi tuk endapkan perihku,

sementara aku telah lumpuh tuk tegakkan tubuhku.

Dan aku bertanya pada kekasihku...,

Adakah peduli, jika hati ini peduli pada suara hatimu,..??

Dan aku bertanya titisan hati ini..,

Adakah salah, jika karena itu kepinganmu  mungkin akan terluka..??

Sang Malam ...

Sungguh panggilan sukma akan terdampar jika terlalu lama menanti.

Sungguh laju angin akan merobek, jika diantara dua tautan nafas hati terus berlari.

Sungguh terhempas mimpi, jika hati tak mampu tuk bicarakan kepakkan sayap.

Sang Malam ...

Walau aku ragu apakah matahari masih menerangi sudut hati ini.

Walau aku ragu apakah gelap malammu, akan menjadi hakekat yang terang.

Namun.... Pada saat waktu telah tertuang untuk kita.

Ketika cabikan surga dan mimpi yang kau torehkan di keyakinanku, dan jilatan nyala di    punggunggku yang kau lukiskan telah menganga rindu untukmu.

Maka ijinkanlah aku tuk mendekapmu.

Maka ijinkanlah aku tuk mengalirkan air kisah tersempurnaku.

Agar ketika kuberlari kau ikut menerka arahku .

Mengikuti tautan nafas hati ini.

Salamun, qaulam mir rabbir rahiim

Pada waktu yang telah diqalamkan dengan munajadku.

Jadilah kuncup putih yang indah.

Kuncup yang lalu menjadi mekar dengan baluran mimpi mimpi kita berdua.

Karena disitulah  sentuhanmu telah menjadi jawaban sadar, yang mesti kutunggu tuk menjadi   cinta yang terendap indah untuk kita.

Sembodo 21.20

28 february 2010

Sang malam maafkan aku yang mungkin tak bisa menjadi mimpimu, namun juga tak bisa beranjak dari bayangmu.

Sang malam maafkan aku yang mungkin tak terpilih oleh hatimu, namun sementara cinta sangat merindumu.

Sang malam maafkan aku yang memandang sempurna mimpi dan doaku, dari malam yang kau torehkan.

Dan aku masih menunggu sang malam, sampai munajadku menjadi keniscayaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun