Saat presentasi berlangsung, Fahri sempat membuat kesalahan. Namun dengan cepat ia memperbaikinya dan berusaha meyakinkan panitia efek dari kesalahannya sangat minim.Â
Selesai presentasi. Aku terbawa emosi karena kesalahan yang ia buat. Kami bertengkar, beradu mulut dan berakhir dengan diam seribu bahasa. Terlihat penyesalan yang mendalam di raut wajah Fahri. Kekesalanku pun tidak dapat diredam. Ingin rasanya segera pulang tanpa harus menunggu hasil pengumuman.
Baru hendak beranjak tuk meninggalkan ruangan, panitia meminta semua peserta berkumpul.Â
Ketua panitia memberikan sambutan dan sesekali terdengar gurauan yang memaksaku tertawa kecil. Juara dua sudah dibacakan. "Tak ada harapan bagi kami untuk menang," lirihku.
"The Master, mana The Master?"Â
sambil celingukan, Fahri dan aku melirik kanan kiri, namun tak ada sorak -sorai menyambut kemenangan seperti juara 3 dan 2.
"Yo, bukannya The Master itu kita yah,? kita bukan sih?" Ucap Fahri kebingungan sambil menggaruk kepalanya.
Butuh beberapa detik aku menyadari "The Master itu kita, Ri" kataku.
Sambil bertatapan. Kami melompat-lompat kegirangan melakukan selebrasi menyalami kandidat lainnya dan para panitia. Terlihat ada beberapa yang memperlihatkan kekecewaan.
Tiba di podium "We're The Master of Our Sea!" Teriak kami memegang piala sambil berangkulan bahu.
Semua yang hadir di ruangan bersorak dan bertepuk tangan. Kilatan flash kamera dari segala penjuru ruangan membuat kami terus tertawa bahagia dan tak bisa menahan rasa haru. Mataku berkaca-kaca mengingat jerih payah dan kerja keras kami yang selama ini tidak pernah dianggap akhirnya membuahkan hasil.