Haiiiii, apakabar kalian semua? Semoga sehat selalu yaaa...
Selamat datang di kumpulan coretan-coretan selvia. Kali ini, selvia iseng nyoret-nyoret tentang pendakian gunung pertama kali hehe
Sesuai judul ya, Gunung Lawu. Iya, saya pertama kali naik gunung ke lawu pada tanggal 28 Desember 2018
Gunung lawu adalah salah satu gunung yang ada di indonesia tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung ini mempunyai ketinggian mencapai 3265 Mdpl. Untuk mendaki gunung lawu terdapat beberapa akses jalur yang bisa dilewati untuk mendaki gunung tersebut.
Awalnya, sejak sekolah saya mempunyai keinginan untuk mendaki gunung akan tetapi baru ter-realisasikan ketika saya kuliah semester satu.
Salah satu dari sepupu saya yang notabenenya bagian dari pecinta alam ia sering kali naik gunung karena itu hobinya. Kali ini, sepupu saya mengajak saya mendaki gunung dengan teman-temannya. Total kami berjumlah sembilan orang.
Kami dari kabupaten wonogiri melaju dengan sepeda motor menuju basecamp cemoro sewu untuk memulai pendakian. Sesampainya, kami melakukan registrasi.
Pukul 22.00 WIB kami memulai pendakian melalui jalur cemoro sewu, iya malam hari itu juga langsung nanjak.
“Wah seneng banget akhirnya aku nanjak tapi aku bisa engga ya, malam hari kan gelap dan sepi”, Batin saya.
Kami memilih jalur Cemoro Sewu untuk memulai pendakian pertama kali saya ini. Dengan perbekalan yang cukup lengkap, kami menggunakan senter sebagai penerang jalan selama mendaki gunung lawu di malam hari.
Sebelum sampai pos 1, kami melakukan istirahat sebentar untuk mengisi kehausan dengan bekal air minum yang dibawa. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan sampai di pos 1.
Gerimis rintik-rintik membuat hawa dan udara semakin dingin kami memutuskan break meneduh di pos 1. Cukup melelahkan rasanya menanjak dari basecamp sampai pos 1 berbatu semua.
Selesainya, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2.
Alangkah senangnya, kami melewati jalan setapak yang kali ini bukan batu melainkan tanah. Senang bukan main melewatinya. Tapi kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama karena setelah jalan setapak tersebut, kami bertemu jalan berbatu lagi.
Jalanan tidak hanya berbatu saja tetapi berupa tangga (berundak). Menurut saya wajar, yang penting masih bisa dilalui.
Hipotermia adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh turun secara drastis dan membahayakan orang yang mengalaminya. Kondisi tersebut bisa menyebabkan kematian.
Selain itu, memang treknya lebih panjang dari pos 1 ke pos 2 dibanding dari basecamp ke pos 1. Walaupun melelahkan, ada rasa lelah yang terbayar dengan pemandangan City Light yang tersusun bagus dan bintang-bintang yang bertebaran diatas kepala, rasanya sangat dekat sekali dan ingin menggapai bintang-bintang tersebut. Hahaha konyol saya memang.
Waktu demi waktu, jam menunjukan pukul 02.00 pagi kami melihat papan petunjuk bertuliskan “POS 2”
“Alhamdulillah” ucap serentak rasa syukur kami.
Kami memutuskan mendirikan tenda di POS 2 untuk tempat istirahat sejenak. Kami juga berbekal dua kompor portable untuk memasak bahan makanan yang dibawa. Tak disangka, tiba-tiba dua kompor portable kami tidak bisa nyala dan rusak. Aduh, apes deh.
Akhirnya, kami mengkonsumsi roti yang ada (tidak banyak) dan dibagi rata ke sembilan orang agar terbagi rata hehehe. Setelah itu, kami memutuskan untuk tidur.
Pukul 08.00 pagi hari yang cerah disambut matahari yang bersinar, kopi dan teh panas yang diseruput sambil menikmati udara yang sangat sejuk. Ya, saat itu kami sudah bangun.
“Alhamdulillah banget ya, kompor rusak kita masih dikasih rejeki ibu penjual gorengan”, ucap syukur salah satu sepupu saya.
“ibu keren banget jualan bisa naik sampe pos 2 bawa bakulnya kan berat ya bu” apresiasi dari saya.
“iya sudah biasa mba soalnya mau gimana kan ini pekerjaan saya sehari-hari” jelasnya penjual gorengan tersebut.
Selesai sarapan, kami menyiapkan logistik yang akan dibawa untuk melanjutkan pendakian, terkecuali tenda. Tenda yang ditinggal di POS 2 akan dibereskan sepulangnya kami
Pukul 12.00 siang kami sampai di sendang drajat. Kami mengisi perbekalan air minum kami di sendang drajat. Seneng banget rasanya ketemu mata air yang bisa diminum di sendang drajat.
Tidak jauh dari sendang drajat, ada warung yang cukup luas bisa dijadikan tempat makan dan istirahat. Masing-masing dari kami membeli mie untuk mengisi perut. Tak disangka, kami semua tertidur pulas hingga pukul 04.00 sore. Kami pun segera bergegas melanjutkan perjalanan menuju puncak.
Pukul 17.00 sore kami sampai di puncak Gunung Lawu yaitu puncak Hargo Dumilah 3265 Mdpl dan menikmati sejenak pemandangan dari puncak
Sebelum matahari terbenam, kami bergegas untuk melakukan perjalanan pulang dan turun dari puncak.
Allah SWT maha baik memberikan kami rezeki selama perjalanan turun. Kami menikmati sunset yang menurut saya sunset terbagus sepanjang hidup saya. Rasa terus bersyukur saya batinkan dari hasil proses selama nanjak karena mendapatkan rezeki yang luar biasa ini.
Sangat disesali, kami tidak bisa banyak mengabadikan momen sunset ini dengan foto. Handphone dari kami baterainya habis dan mati total, tersisa satu handphone yang sempat mengabadikan momen sunset ini.
Langit sudah gelap kami meneruskan perjalanan pulang dengan berbekal satu senter yang cahayanya minim. Iya, senter lainnya habis baterai. Kasihan kan kami? Hehehe
Selama perjalanan turun, hujan pun turun menyelimuti perjalanan kami.
“kok jalan dari pos 1 ke basecamp agak panjang dan lama ya kan biasanya lebih cepat turun” gumam saya
Sesampai di basecamp jam menunjukan pukul 02.00 pagi istirahat sejenak sampai matahari terbit. Lalu, melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.
Tiba dirumah sepupu saya, kami bercerita selama perjalanan yang telah kami lalui ketika mendaki gunung lawu.
Ternyata, tidak hanya saya yang merasa jalan turun dari pos 1 ke basecamp tersebut agak lebih panjang dibandingkan ketika naik (Umumnya juga turun lebih cepat) hehe
Gimanapun juga lawu memberikan pengalaman, kesan, dan pesan yang bagus buat saya.
Sekian coretan iseng yang saya buat, kurang lebihnya mohon dimaafkan karena sesungguhnya saya masih belajar menulis.
Terima kasih sudah membaca 😊
—“Bukan masalah puncaknya, tapi prosesnya”
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI