Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ellonora, Andai Semesta Merestu

22 Januari 2022   09:38 Diperbarui: 22 Januari 2022   09:45 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ellonora,

ijinkan kuseka air mata yang membanjir di pias wajahmu

kau bunga di tamantaman sunyi

yang kerap dikunjungi kumbangkumbang

sedang kesunyian bukanlah sepi yang membunuh jiwa

tersenyumlah

agar langit mengaminkan segala asa cintamu

Ellonora

saat hatimu berkabung dalam gelisah

aku terluka memandang indahmu yang kuyu oleh duka

sementara guruh mencabikcabik dadaku

tak kuasa kucabut duri yang melukai hatimu

ibaku menjadi kata usang di hadapan ragamu

seperti di baitbait puisi

dalam erang aku menyeru

"mengapa aku diciptakan sedangkan kakiku tak sanggup melangkah menujumu, Ellonora"

Ellonora

Ini bukan akhir perjalanan

andai kelak semesta merestu bahagiamu

meniti jalan di alur takdir

menyatukan cinta di altar biru

kukulum rindu di kelopak matamu

kudekap kelesahmu di secawan nikmat

di senja jingga, kita mencecap secangkir kopi di sunyi yang riuh oleh percakapan jiwa

Kedu, 22 Januari 22

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun