ijinkan kuseka air mata yang membanjir di pias wajahmu
kau bunga di tamantaman sunyi
yang kerap dikunjungi kumbangkumbang
sedang kesunyian bukanlah sepi yang membunuh jiwa
tersenyumlah
agar langit mengaminkan segala asa cintamu
Ellonora
saat hatimu berkabung dalam gelisah
aku terluka memandang indahmu yang kuyu oleh duka
sementara guruh mencabikcabik dadaku
tak kuasa kucabut duri yang melukai hatimu
ibaku menjadi kata usang di hadapan ragamu
seperti di baitbait puisi
dalam erang aku menyeru
"mengapa aku diciptakan sedangkan kakiku tak sanggup melangkah menujumu, Ellonora"
Ellonora
Ini bukan akhir perjalanan
andai kelak semesta merestu bahagiamu
meniti jalan di alur takdir
menyatukan cinta di altar biru
kukulum rindu di kelopak matamu
kudekap kelesahmu di secawan nikmat
di senja jingga, kita mencecap secangkir kopi di sunyi yang riuh oleh percakapan jiwa
Kedu, 22 Januari 22
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H