Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pariban dari Jawa

27 Maret 2016   21:40 Diperbarui: 28 Maret 2016   05:35 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya cuma satu sayang" rujuk Ucok.

"Ya dah kamu mau ngomong apa bang?"

"Eh kamu jadi berhenti kerja dan pulang kampung ya sayang?"

"Ya sih rencananya gitu bang, nenekku sedang sakit, aku gak tega, aku mau merawatnya dulu, aku berhutang budi padanya, dia yang mengasuhku sejak kecil" 

"Hmmm ya ok deh kalau itu yang ingin kamu lakukan, aku dukung sepenuhnya. Untuk masalah kita, gini sayang, kemarin aku dah bicara sama mamak dan bapak tentang hubungan kita dan juga hubungan dengan paribanku" Ucok memulai pembicaraan seriusnya.

"Lalu apa keputusan abang?" Sasha khawatir mendengar berita buruk, sebab dia tahu mamak Ucok tidak suka sama dia. Tapi dia pasrah andai keluarga Ucok tidak mau menerima dia sebagai menantu. Apalagi Ucok punya pariban yang masih tinggal di Medan sana.

"Yah setelah kami berunding dengan tulang lewat telepon, akhirnya aku memutuskan mau menikah dengan paribanku" jawaban Ucok membuat Sasha sedih,meski sebelumnya dia sudah menebak bahwa akan sulit mempertahankan hubungan cintanya dengan Ucok kerena ada kendala dari keluarganya.

Ucok memandang Sasha, di rengkuhnya tubuh Sasha yang mulai terisak.

"Aku harus menikah dengan paribanku Sha, jangan sedih "

"Gimana aku nggak sedih bang?" tangis Sasha makin keras, tak dihiraukannya para pengumpul sadapan karet yang berlalu dihadapannya dengan pandangan keheranan.

"Sha nggak usah nangis" bujuk Ucok."Senyumlah!. kamu jelek kalau nangis gitu ah" lanjutnya sambil mengusap air mata Sasha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun