Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menantang Hidup Tanpa Smartphone

14 Agustus 2024   15:04 Diperbarui: 15 Agustus 2024   12:06 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ponsel pintar (smartphone) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masa kini. Banyak tugas manusia dituntaskan dengan mudah melalui ponsel pintar. Membaca, menulis, membeli, membayar, mengirim dokumen pekerjaan, bertukar informasi, dan akses media hiburan dilakukan melalui ponsel pintar. Desain ukuran dan fungsinya menambah kepraktisan yang menarik perhatian pengguna. 

Dilansir dari investor.id, pengguna ponsel pintar di Indonesia diproyeksikan mencapai 194,26 juta pada tahun 2024, bertambah 4,23 juta dari tahun 2023. Laju pertambahan jumlah pengguna smartphone menunjukkan gaya hidup masyarakat modern dan aktif mengikuti tren teknologi yang dibarui. 

Perkembangan ponsel yang sejak awal diutamakan sebagai alat bertukar informasi dan telepon jarak jauh telah bertransformasi fungsi menjadi media monopoli. Artinya, sebagian besar perhatian dan fokus manusia dihabiskan di ponsel pintar. Sehingga muncul anggapan "teknologi mendekatkan yang jauh dan mejauhkan yang dekat", sejatinya pernyataan ini tidak keliru. 

Penulis berpendapat bahwa mengingat kemajuan peradaban, tidak disangkal bahwa smartphone mengubah pola hidup kita. Kalau dulu berkomunikasi jarak jauh membutuhkan waktu lama untuk saling berbalas surat, melalui smartphone hanya dalam hitungan detik dapat saling bertukar pesan melalui aplikasi chat yang ramah kuota pulsa. 

Akses berita berskala nasional dan internasional dapat terjangkau hanya dengan membuka browser internet dari smartphone. Mendengarkan musik dan nonton hiburan tidak lagi melalui TV atau radio melainkan semuanya itu dapat diperoleh melalui aplikasi canggih smartphone. Sungguh sangat mudah bukan? 

Namun, perlu diingat bahwa alokasi waktu screen time yang tidak terkontrol berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Radiasi ponsel yang tidak baik untuk kesehatan dan meningkatnya tingkat kecemasan adalah buktinya.

Kesadaran akan pentingnya mengurangi screen time mulai saya sadari sejak 5 tahun lalu ketika mengikuti kegiatan kemping bersama dengan anak dan remaja. Saya bertugas menjadi fasilitator selama 3 hari 2 malam. Peraturan utama di kemping tersebut adalah No Cell Phone Zone. Orangtua hanya boleh menghubungi anaknya di waktu break sore hari. 

Uniknya, anak-anak pada saat itu tidak ada yang meminta handphone-nya walau hanya untuk telepon orangtua. Mereka tampak bahagia dan bebas menikmati waktu bersama dengan teman-teman. Sementara itu, kesibukan mengurus kemping serta menikmati waktu di alam membuat saya lupa menyentuh smartphone. 

Saat itu, saya sangat menikmati waktu mengobrol, bercanda tawa, mengurus kebutuhan anak-anak, dan saling berbagi pengalaman dengan sesama rekan fasilitator. Pengalaman yang sangat bernilai dan sulit dilupakan. Nilai plusnya adalah momen berharga saya selama 3 hari tidak diganggu oleh ponsel. 

Sejak saat itu, saya berpikir apa yang akan terjadi apabila bumi kembali ke setelan awal? Teknologi lumpuh dan energi listrik kembali sulit didapatkan. Bagaimana kita akan beradaptasi dengan perubahan itu? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun