Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Orangtua Maunya Begini, Anak Maunya Begitu

30 Juli 2024   12:23 Diperbarui: 30 Juli 2024   18:57 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua dan anak sedang berargumen. Photo by RDNE Stock project from Pexels.com

Anak membutuhkan orangtua yang tanggap terhadap kebutuhannya. Orangtua yang tanggap dan peka terhadap kebutuhan anak bermanfaat meningkatkan kompetensi sosial dan akademik anak. Hal ini menunjukkan bahwa orangtua yang kompeten dalam hal pengasuhan, berdampak positif terhadap perkembangan diri anak. 

Miskonsepsi antara Anak dan Orangtua

Abraham Maslow, seorang tokoh psikologi yang terkenal dengan teori Hirearki Kebutuhan menjelaskan bahwa terdapat 5 kebutuhan dasar manusia, yaitu Physical, Safety, Belonging, Esteem, dan Self-actualization. 

Awalnya, Maslow berpendapat bahwa kebutuhan pada tingkat selanjutnya akan dipenuhi apabila kebutuhan di tingkat sebelumnya telah terpenuhi. Namun, seiring berjalannya waktu ia melakukan revisi pada teorinya dengan menekankan 3 poin penting yang intinya adalah sebagai berikut: 

Kebutuhan manusia sifatnya sangat individualis dan personal karena dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya. Selain itu, ia juga menambahkan jenis kebutuhan transendens lainnya seperti spiritual, seksual, estetika, dll sebagai kebutuhan yang turut mendorong perilaku seseorang. 

Berdasarkan teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow, maka dapat dikatakan bahwa kebutuhan anak dan orangtua berbeda. Pengaruh kebudayaan melalui perkembangan zaman juga turut memengaruhi perbedaan kebutuhan. Dorongan dan motivasi yang berbeda antar orangtua dana anak menimbulkan perilaku yang berbeda pula untuk memenuhi kebutuhannya. 

Sebuah penelitian terhadap 160 ayah, 160 ibu, dan 160 anak dengan tujuan menggambarkan persepsi anak dan orangtua terhadap gaya pengasuhan dilakukan oleh K. Mayuri, V. Divya, Kavitha Kiran (baca disini). 

Hasil penelitian menemukan fakta bahwa orangtua yang menilai dirinya demokratis, ternyata dinilai berbeda oleh anak. Sementara itu, orangtua dan anak yang menetap di daerah pedesaan ditemukan perbedaan persepsi yang mencolok, demikian juga dengan orangtua dan anak yang menetap di daerah perkotaan. Secara umum, hasil temuan menunjukkan bahwa lebih sedikit orangtua yang merasa dirinya otoriter dibandingkan dengan persepsi anak-anaknya. 

Miskonsepsi antara anak dan orangtua sering terjadi bahkan telah dibuktikan secara ilmiah melalui studi tentang gaya pengasuhan. Perbedaan persepsi yang tidak dijembatani melalui komunikasi dan keterbukaan, semakin menghambat terjalinnya interaksi yang sehat antara orangtua dan anak. 

Gaya pengasuhan yang diadopsi oleh orangtua, terbukti memiliki persepsi yang bertentangan dengan anak. Hal tersebut mempengaruhi hasil interaksi anak terhadap orangtua dengan konsekuensi pengaruh persepsi anak lebih besar terhadap perkembangan perilaku dan pola komunikasinya di masa depan. 

Dilansir dari Nuonline, Psikolog anak dan keluarga, Najelaa Shihab, mengatakan bahwa hubungan erat dan hangat antara ibu dan anak dapat menghindarkan anak dari perilaku negatif. Hubungan yang erat juga dapat mengurangi risiko anak untuk memiliki hubungan yang tidak sehat di masa depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun