Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mengenal Baby Blues, Tanda Penting Mencegah Postpartum Depression

19 Juni 2024   01:10 Diperbarui: 19 Juni 2024   11:00 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ibu yang sedang menyusui via freepik.com 

"Rasa bahagia saat bertemu dengan buah hati tergambar jelas di wajah wanita itu. Kini ia resmi menjadi seorang Ibu dan orangtua bagi anaknya. Namun, perasaan tersebut hanya bertahan beberapa waktu. Selang beberapa hari saja, perasaan sedih, takut, bersalah, merasa diri tidak layak, tidak mampu memenuhi hati dan pikirannya. Apakah ini wajar terjadi pada setiap wanita pasca melahirkan?"

Ilustrasi singkat diatas menggambarkan kondisi yang biasanya terjadi pada "Ibu baru" pasca melahirkan.

Kondisi tersebut sebenarnya merupakan hal yang normal, tetapi perlu diingat bahwa tidak semua "Ibu baru" mengalami tahapan tersebut. Oleh karenanya, bagi anda yang tidak mengalami baby blues pantas bersyukur. 

Ada dua sudut pandang ilmu yang dapat menjelaskan kondisi ini yaitu biologis dan psikologis.

Secara biologis menjelaskan terjadinya kondisi baby blues disebabkan oleh reaksi ekstrim hormon didalam tubuh yang beradaptasi kembali terhadap perubahan tubuh setelah melahirkan. 

Perubahan hormon tersebut tidak hanya menyebabkan perubahan fisikal, tetapi juga pikiran dan suasana hati sang Ibu. 

Di sisi lain, perubahan peran menjadi "Ibu dan orangtua baru" turut mempengaruhi kondisi psikologisnya pasca melahirkan.

Pemikiran yang mengganggu seperti mempertanyakan kesanggupan diri menjadi orangtua dan perubahan total pola hidup setelah memiliki anak, kurangnya waktu istirahat dan kelelahan mengurus bayi menjadi faktor pemicu terjadinya stres pada Ibu. 

Gejala baby blues pada setiap ibu berbeda satu dengan yang lain. Secara umum, tanda-tanda Ibu mengalami baby blues adalah sensitif secara emosional terhadap hal-hal kecil, moodswings, sulit bonding dengan bayi, kehilangan kebebasan akan dirinya sendiri, mudah cemas akan kesehatan dan keamanan bayi, dan lain sebagainya.

Baby blues dikategorikan normal terjadi dalam kurun waktu 1-2 minggu dimana Ibu beradaptasi terhadap tuntutan tugas peran baru.

Catatan selanjutnya adalah jika baby blues dialami selama lebih dari 2 minggu, maka sang Ibu perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional seperti dokter, psikiatri, atau psikolog.

Mendapatkan bantuan pertama dari profesional merupakan langkah penting bagi Ibu sehingga dapat menjalankan fungsi dan perannya dengan lebih baik.

Postpartum Depression

Postpartum depression adalah kondisi medis yang lebih parah dibandingkan baby blues. Jika anda menemui seorang Ibu yang mengalami baby blues lebih dari dua minggu pasca melahirkan, maka segera rekomendasikan mereka untuk konsultasi ke ahli. 

Data statistik menunjukkan sebanyak 80% Ibu dengan postpartum mengalami baby blues, sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi baby blues yang terjadi berkepanjangan merupakan tanda penting indikasi Ibu mengalami postpartum depression. 

Baby blues berbeda dengan postpartum depression. Fase baby blues berakhir setelah hormon pasca melahirkan kembali normal. Sedangkan kemunculan postpartum depression bisa terjadi dalam fase satu tahun pertama pasca melahirkan.

Fase postpartum depression sulit untuk dipahami, namun sinyal utama yang perlu Ibu tangkap adalah ketika merasa rutinitas keseharian terganggu dan tidak bisa berfungsi dengan baik maka sangat disarankan untuk mencari pertolongan.

Berikut ini adalah beberapa gejala yang merujuk pada Ibu yang mengalami postpartum depression; merasa cemas dan sedih berlebihan, mudah marah dan merasa terganggu oleh hal sederhana, sulit tidur, rendahnya nafsu makan, kehilangan minat, melakukan hobi, menghindari lingkungan sosial, dan sering muncul pikiran-pikiran intrusif menyangkut diri sendiri dan mungkin mengancam bayi. 

Upaya Pencegahan

Postpartum depression mengancam keselamatan Ibu dan bayi. Berdasarkan data di sejumlah negara yang meneliti hal ini ditemukan sebanyak 20% kematian Ibu disebabkan oleh postpartum depression.

Sementara itu dampak berbeda terhadap bayi adalah pada perkembangannya seperti resiko kelahiran prematur, sering refleks terkejut, diabetes gestasional, dan lain sebagainya. 

Melihat dampak hebat dari postpartum depression, maka perhatian dan dukungan dari pasangan serta keluarga sangatlah penting selama masa pemulihan Ibu.

Khususnya pada mereka yang mengalami baby blues, dukungan dari suami sangat dibutuhkan agar para Ibu dapat mengatasi berbagai tantangan emosional yang dialami pada fase tersebut sehingga mengurangi resiko terjadinya postpartum depression. 

Menyisihkan waktu khusus berdiskusi dengan pasangan mengenai kekhawatiran sang Ibu efektif membantu mereka memproses pikiran dan perasaan negatif yang muncul.

Selanjutnya, pembagian tugas dalam mengurus kebutuhan bayi menjadi strategi selanjutnya guna memberikan waktu kepada Ibu untuk cukup beristirahat. 

Sosok "Ibu baru" juga penting mengistirahatkan diri sejenak. Hal ini dimaksudkan agar Ibu dapat mengerjakan hal lain yang dia sukai agar dapat mengembalikan semangatnya dan kestabilan emosinya.

Sebagai upaya pencegahan, peran pasangan sangat krusial memberikan semangat dan dukungan moral kepada para Ibu. Selain dukungan dari orang lain, para Ibu hebat juga dapat melakukan kegiatan positif untuk menjaga kesehatan jiwa dan raga.

Rutin berolahraga di pagi hari sebelum mengurus bayi menjadi pilihan tepat untuk meningkatkan semangat dan fokus. Mengonsumsi makan bernutrisi bermanfaat bagi Ibu mengontrol kondisi tubuhnya serta menghasilkan ASI berkualitas kepada bayi.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah menyempatkan waktu untuk diri sendiri. Di sinilah peran pasangan diperlukan dalam pembagian tugas menjaga bayi. 

Para Ibu juga bisa melibatkan orang lain yang dipercaya seperti orangtua dan saudara untuk babysitting sementara anda menghabiskan waktu untuk fokus pada diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun