Mohon tunggu...
Selly Mauren
Selly Mauren Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Writing is my daily journal. Welcome to my little blog. Hope the articles will inspire all the readers.

Selanjutnya

Tutup

Roman Artikel Utama

Cerpen: Melukis Panorama

25 Agustus 2023   00:27 Diperbarui: 26 Agustus 2023   21:52 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari minggu tiba. Tepat pukul 7 pagi, Arsa mendatangi rumah Kaluna. 

"Selamat pagi Om. Saya Arsa, temannya Kaluna", katanya menyapa Ayah yang sedang duduk menikmati secangkir kopi di bangku taman depan rumah. 

"Selamat pagi. O, ini toh yang namanya Nak Arsa, si kasep. Kaluna sudah cerita kalau hari ini mau trip bareng. Dimana motor Nak Arsa?", tanya Ayah. 

"Hmmm, saya tidak punya motor om. Rencananya saya yang bonceng Kaluna", katanya sambil tersenyum kaku seperti orang salah tingkah. 

Ayah kemudian berkata, "Luna sudah cerita sama Om. Katanya, Luna ga nyaman kalau harus boncengan sama Nak Arsa. Kan, Luna itu pecinta motor. 

Dia sudah biasa trip sendiri sampai keluar kota. Jadi, agak aneh gitu kalau trip kali ini Luna dibonceng". Setelah Kaluna sudah siap berangkat, Ayah kemudian memanggilnya, 

"Luna, ada satu motor lagi di belakang. Ayah pinjamkan untuk Arsa pakai hari ini. Kamu keluarin motornya dari garasi ya", Arsa terkejut dengan apa yang didengarnya. 

"Terima kasih Om. Saya janji akan jaga motornya dengan baik. Ga akan ngebut-ngebutan di jalan Om." Ayah Kaluna tersenyum lebar melihat mereka berdua pergi. Ia senang karena akhirnya Kaluna mendapatkan teman yang punya hobi kesukaan yang sama dengan anaknya. 

Kaluna memimpin rute perjalanan karena dia yang paling hafal dengan seluk beluk kota. Arsa mengikuti Kaluna dari belakang. 

Pagi itu sangat cerah dan udaranya juga sejuk. Mumpung masih di dalam kota, mereka tidak lupa mengisi bensin. Setelah mengelilingi dalam kota, Kaluna memberikan komando "siap-siap setelah ini rutenya banyak yang nanjak". 

"Oke. Siap 86", balas Arsa. Tidak terasa sudah hampir dua jam mereka berkendara. Mereka pun mencari tempat untuk makan sekaligus istirahat. Kaluna memberi tanda menepi di salah satu pandopo di puncak, warung mie favoritnya. Tidak hanya menjual mie, tapi ada banyak aneka jajanan pasar yang baru digoreng jadi bisa dinikmati selagi masih hangat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun