Masalahnya, ia belum mengenal area sekitar sekolah dan rute pulang ke rumah jika menggunakan transportasi umum. Handphone juga lowbat, sehingga tidak bisa memesan ojek online.Â
"Tet...Tet," bunyi suara klakson motor. "Kok belum pulang?", tanya Kaluna. "Lagi nunggu jemputan", balas Arsa. "Tumben telat jemputannya. Yakin kamu akan dijemput?", kata Kaluna menimpali.Â
Kaluna bekerja paruh waktu sebagai petugas admin perpustakaan. Jadi, setiap hari ia adalah murid terakhir yang keluar dari sekolah. Makanya kenapa ia dengan sigap mengetahui bahwa Arsa sedang membutuhkan bantuan. Â
"Lo pulang ke arah mana?," Arsa sengaja mengalihkan pembicaraan. "Ah elah, udah sini naik. Aku anterin pulang. Tolak kebaikan itu ga baik loh", Kaluna menjawab dengan nada bercanda.Â
Akhirnya, Arsa tidak bisa menolak dan menerima tawaran Kaluna. Sejujurnya ia sedikit malu dibonceng oleh perempuan. Namun, tidak semudah itu bagi Kaluna untuk membolehkan motornya dikendarai oleh orang lain selain Ayah.Â
Untuk mencairkan suasana, Kaluna bertanya "kamu bisa mengendarai motor atau mobil?." Arsa hanya diam dan meminimalisir komunikasi dengan Kaluna. Hingga sampai di tujuan, Arsa hanya mengucapkan terima kasih dan berlalu masuk ke rumahnya. "Cowok aneh", batin Kaluna.Â
Besoknya di sekolah, saat jam istirahat. Kaluna sedang makan batagor di bangku taman sekolah. Tiba-tiba Arsa menghampiri sambil membawa chocolate milkshake.Â
"Nih, ucapan terima kasih gue atas kebaikan lo kemarin", bicaranya ketus. "Bisa ga sih, kalau mau mengucapkan terima kasih, suaranya tuh yang lembut dan selow gituh. Kan lebih enak didengar. Terima kasih ya minumannya", balas Kaluna sambil senyum tipis.Â
"Iya, dengan senang hati", kemudian Arsa pergi meninggalkan Kaluna. Setelah pertemuan siang itu, Kaluna menjadi lebih sering menyapa Arsa dan terkadang mengajaknya ngobrol. Meskipun respon Arsa masih sangat minim, hanya satu dua kata.Â
Satu bulan berlalu. Saat pulang sekolah, Kaluna dikejutkan dengan Arsa yang sedang duduk disamping motornya. Wajahnya berubah bingung dan terkejut saat melihat Arsa.Â
Kaluna merasa sangat curiga dan muncul beragam prasangka di kepalanya. Wajah Arsa tanpa ekspresi menambah kecanggungan diantara keduanya.Â