Kekerasan emosional yang anak rasakan sejak kecil, akan memiliki efek jangka panjang yang merugikan pada kesehatan mental. Dimana saat ia dewasa, anak yang mengalami emotional abuse ini akan memiliki trust issue atau bisa dikatakan sulit percaya pada orang lain. Hal inilah yang membuat ia takut dan ragu untuk mulai membangun hubungan dengan orang lain (Koizumi & Takagishi, 2014).
Kesulitan memprediksi konsekuensi dari tindakan yang ia lakukanÂ
Masten et al., (2008) menyebutkan bahwa individu yang mengalami emotional abuse, akan waspada secara berlebihan jika mereka merasa ada suatu ancaman.Â
Misalnya, anak-anak ini mungkin akan lebih sensitif terhadap orang maupun pelaku kekerasan yang sedang marah dan ketika sadar akan bahaya, bisa saja ia akan langsung ketakutan dan mungkin bertindak agresif terhadap orang–orang di sekitarnya.Â
Hal ini dikarenakan mereka memiliki kepekaan yang tinggi, dimana dapat membantu mereka dalam mengidentifikasi ancaman dengan cepat. Oleh karena itu, individu memiliki potensi untuk melakukan suatu tindakan tanpa dipikirkan dahulu konsekuensi yang akan terjadi.
Kesulitan mengatur dan meregulasi emosi
Mengingat peran penting dalam hubungan orang tua dan anak dalam pengembangan regulasi emosi, orang tua yang melakukan emotional abuse dapat mengakibatkan perkembangan penyimpangan pola regulasi emosi (Teisl & Cicchetti, 2008).Â
Pada masa anak- anak, tindakan emotional abuse yang sering dilakukan orang tua adalah anak-anak disuruh menahan perasaan yang sebenarnya baru saja hendak mereka pahami. Â Maka dari itu, tak jarang anak mengalami berbagai masalah dalam mengatur dan meregulasi emosinya. Misalnya ia akan pura-pura bahagia padahal dirinya sedang sedih.
Berdasarkan penjelasan - penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa emotional abuse adalah suatu tindakan, pola perilaku maupun perkataan dari orang tua kepada anaknya, yang memiliki dampak negatif terhadap perkembangan emosional anak.
Untuk itu, sangat penting bagi orang tua untuk mempelajari lebih lanjut bentuk-bentuk emotional abuse. Seperti yang sudah dikatakan tadi, terkadang pelaku maupun korban tidak sadar ketika mereka mengalami emotional abuse. Padahal tindakan itu sangat merugikan sang anak.Â