Mohon tunggu...
selestin nisfu
selestin nisfu Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Epidemiologi Kesehatan

on learning process. love every little things to write in.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Tahu Dia Orang yang Tepat Buat Kita?

11 April 2019   22:13 Diperbarui: 12 April 2019   00:39 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkara hati dan jodoh

Adalah rahasia Allah SWT

Sampai di titik ini, aku masih merasa takjub

Bagaimana Allah mengatur rencana hidup hambanya

Seperti yang tertulis "jodoh, maut, dan rezeki" setiap insan sudah digariskan, bahkan sebelum ia keluar dari Rahim ibunya

"Kamu tau, kalau dulu aku jadi dokter atau aku jadi guru. Kayanya aku gak ketemu kamu kali yah?", ceritaku

"Iyaa, untung kamu gak lulus disana. Jadi bisa ketemu deh kita. Gimana? Masih menyesal atau sebel sama takdir?", Tanya dia membalas ceritaku

"Hemm... engga juga, kadang obat dari segala kecewa dan sedih memang waktu ya.. Biarpun harus nunggu tujuh tahun buat dapat jawaban dari sebuah kegagalan", balas aku

"Masih ngerasa gagal? Untung tujuh tahun loh dapat jawabannya, coba kalo lebih? Merasa jadi manusia paling kurang beruntung dong?", Tanya nya balik

"Udah engga sih, karena kalau pasrah jadi lebih melegakan. Allah tau kan mana yang terbaik buat hambanya. Mungkin tujuh tahun waktu dinilai Allah sudah tepat", tutupku

Sebenarnya masalah jodoh bisa dibilang sederhana campur rumit, tapi bisa jadi sesuatu yang sudah langsung klop pada pandangan pertama. Kalau kalian nonton Breaking Down, sama seperti Jacob pertama kali melihat Renesmee, yang langsung imprinted with her at the first sight..

Eeehhh kalo buat aku pada perbincangan dan attitude pertama kali. Jauh lebih dibutuhkan dari sekedar first sight.

Awalnya, ketemu sama mantan pacar dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). :") Mungkin ini pertemuan jodoh yang cukup legend. Bahkan pertama kali briefing KKN, dosen pembimbing udah sempet wanti -- wanti di awal kegiatan "Bapak pasang target setelah kegiatan selesai, yaaa minimal 5 pasang lah yaaa", celetuk Bapak Pembina di awal pertemuan dengan para mahasiswa peserta KKN. Okee.. aku pikir doi mau pasang target minimal kegiatan -- kegiatan projek dia berhasil di implementasi, hahaa ternyata target jodoh tohhh... Menarik sih, karena katanya kalau berhasil menjadi perantara seseorang bertemu dengan jodohnya, bisa dapat rumah di surga.. hihiii Aamiiiiiinnnn.....kalau bener 5 pasang, dapet deh 5 rumah di surga.. hihii

Pertama, aku yang benar -- benar gak kepikiran bakal ketemu jodoh di kegiatan ini. Aku yang polos lempeng ikutin temen deket KKN Tematik, soalnya biar cepet selesai dan hemat biaya.. hihi.. Ya, Allah..punya rencana lain disana. KKN itu kan kegiatan antar fakultas, jadi suatu nuansa baru buat aku yang ada di situasi kampus yang mayoritas perempuan semua. Sebaliknya dengan dia.

Awal ketemu waktu itu Student Centere, saat pembagian kelompok. Aku gak banyak mention Bapak ini, tapi setelah dari pertemuan disana, tiba -- tiba ada yang add facebook dan Instagram. Kita gak sekelompok saat itu, tapi kita satu wilayah KKN. Oke... approve dan accept. Sepanjang kegiatan, kita lakuin kegiatan Sabtu dan Minggu. Berangkat Sabtu ke lokasi KKN terus langsung balik ke kampus (Nglaju). Moro Demak, itu lokasi desa pengabdian kita.

Aku cuma percaya romansa cinta picisan cuma ada di film dan novel. Tapi ternyata manusia hidup juga butuh bumbu -- bumbu cinta picisan. Dan aku antara butuh gak butuh, tapi takdir hidup memberikan pengalaman soal drama -- drama KKN itu. Setelah masuk kesana, banyak banget drama yang kalo diinget sekarang lucu sih campur kangen. Ternyata hal kaya gitu dibutuhkan banget untuk bumbu -- bumbu kehidupan. Hal apa tuhh??? Kisah cinta yang penuh drama, tapi untung kita anak -- anak baik yang gak sampe bully-bully atau bucin (budak cinta) banget.. :""

Seminggu stay di Demak bareng teman -- teman dan salah satunya ada si Bapak. Aku gak banyak komunikasi sama Bapak ini dalam kegiatan KKN, hanya sekedar Hi.

 Okee, aku anaknya agak cuek, orang yang pertama kali kenal mungkin akan bilang kalo aku jutek atau kurang basa -- basi atau bahkan gak ramah. :") Tapi aku keep smile kok kalo ketemu orang baru, cuma agak minim topik pembicaraan kecuali diajak ngobrol duluan. Hahaa. Atau sama temen yang udah dekeeettt banget atau kaya nge-link gitu, aku bakal jadi orang yang bener-bener beda.. :") Dan, aku gak begitu care mau dibilang apa juga, selama aku nyaman dan gak ganggu orang.

Back to Bapak ini......

Kegiatan KKN aku waktu itu bentrok sama persiapan magang. Pas lagi stay seminggu di Demak, dapat notif untuk segera kirim proposal magang ke instansi tempat aku magang. Akhirnya gatau kenapa habis sosialisasi di SMP Demak, aku nanya sama Bapak ini. "Ada rencana balik Tembalang sebentar ga?", tanyaku. Soalnya aku gak sengaja denger kalo dia mau balik Tembalang ambil baju.. "Adaa, mau bareng?", Tanya dia. "Mauuu yah, gue mau anter proposal magang ke temen", jawab gue.

Kita berangkat ke Tembalang habis magrib. Ohya waktu itu kita pulang pergi Demak -- Semarang pakai motor, lewat pantura -_-. Dan, aku si tebengers, hihiii.. alias tukang nebeng karena gak bisa bawa motor. Waktu itu agak hectic sih mau balik Tembalang, karena campur riweh juga di balai desa mau siap -- siap buat sosialisasi besok pagi. Di Demak kita stay di balai desa, tidur diatas karpet bareng -- bareng dengan kondisi balai desa yang seadanya. Kalau mau ke kamar mandi perlu temen. Soalnya gelapppp banget dan kalau udah magrib hawanya beda gitu ke toilet ckckck.

"Makan sate dulu yaa sebentar", ajak si Bapak di Desa Moro saat perjalanan menuju Tembalang.

"Hem.. gak laper banget si, tapi gapapa sih kalo mau mampir", aku yang terima karena sebagai sikap baik udah dikasih tebengan, mungkin dia laper jadi aku sebagai yang nebeng. Ngikut aja.

"Oke.. kalaupun gak laper banget, takutnya masuk angin, kayanya kita juga belum makan apa -- apa dari siang. Pantura berangin", jawab dia

Iya juga sih, lokasi pengabdian kita memang jarang yang jual makanan, itu wilayah kampung nelayan, yang seinget aku makanan paling cocok disana nasi goreng atau sate yang jaraknya juga mayan jauh dari lokasi balai desa.

Sesampainya di tukang sate, dia yang pesan untuk dua porsi. Oke, aku suka anak ini karena dia sangat sopan. Dan kita ngobrol santai sebagai teman baru. Tiba -- tiba aku inget, dan untung sempet cek kunci kosan di tas. Ternyata kunci aku ketinggalan di balai desa. "Udah gapapa santai aja, gue balik lagi ya ke balai desa, ngambilin kunci. Lo tungguin satenya mateng aja disini", respon dia pas tau kunci aku ketinggalan. Aku bener -- bener ngerasa payah banget, baru kenal udah baik ditebengin, diajak makan, sekarang pake lupa bawa kunci, terus dia yang ngambilin. Nyusahin yaa :")

Aku inget banget dia pake motor gedenya waktu itu. Kita sampe di Tembalang udah malem banget. Aku langsung tidur di kosan habis siapin proposal magang dan gak inget baterai hape lowbath, dan ternyata colokan cargeran juga ketinggalan di balai desa. -__- aku bener -- bener pelupa. Aku janjian besok berangkat ke Demak lagi jam 5 pagi. Karena kita ada sosialisasi di SD jam 7. Drama apalagi ini hape aku mati, otomatis alarm aku gak bunyi. Aku adalah anak yang mengandalkan alarm hape untuk bangun. Alhasil aku kesiangan baru bangun jam 6, dan panik. Begitu aku buka pintu kosan. Aku liat keluar pager dia udah nunggu di depan pager.  Yak, kenapa dalam waktu yang samaan aku nunjukin kebiasaan jelek aku lainnya. Shame on me!

"Udah lama yaa disana?", aku nyapa dari lantai 2 kosan.

"Engga kok, gue juga telat. Tenang aja. Masih keburu, telat dikit gapapa", jawab dia

Aku cukup tenang denger jawaban dia.

Akhirnya kita balik ke Demak. Di perjalanan balik dia cerita, "Sell, gue baru bisa naik motor loh ini.", jawab dia pas hampir mau nabrak orang depan kita

"Apaaaa??? Kok baru ceritaaa... gue belom lulusss nihhhh", respon aku panik dong dan langsung banyak -- banyak doa. Tau kan jalan pantura saingannya mobil -- mobil transformer (alias truk).

"Tenang, amannn kok", balas dia sambil ketawa kecil coba membuat aku santai. Tapi aku percaya si sama dia bahkan dari pertama kali. And I dunno why.

Sesampai di Balai Desa Demak, semua teman -- teman sudah siap -- siap ke SD.

"Sellll, lo kemana aja. Di telponin gak bisa, A nanyain terus dari subuh tadi", kata temen aku yang stay di Balai Desa.

"Iyaa, batre aku lowbath, loh A kan bareng gue. Dia nelponin juga?", jawab aku

"Iyaa, katanya nunggu dari subuh depan gerbang kamu gak keluar -- keluar, minta nomor kamu lainnya yang bisa dikontak", balas temanku lagi

Oke.. ini kasus ketiga kalinya, yang buat menilai dia dari attitude. Aku tau dia anak yang sangat nice and treat me so well. Jadi katanya dia juga kesiangan itu palsu, supaya aku gak panik -- panik amat. Faktanya dia nungguin di depan dari jam 5 :") . Aku mohon maaf yaahhh dear. Selesai. Kita tidak ada kontak lanjutan setelah KKN selesai. Aku punya bad habbit, karena gatau bagaimana cara menjaga komunikasi dengan orang yang sudah selesai urusannya dengan aku, bukan karena kacang lupa kulitnya. Tapi aku memang kurang bisa akrab dengan seseorang. Bahkan dengan teman akrab saja, komunikasi antar kita saat perlu atau kangen saja. Apalagi ini aku dan dia kan terkoneksi karena kegiatan KKN, dan KKN selesai aku merasa gak ada topik juga untuk di bahas bersama.

Setelah beberapa bulan, gatau kenapa. Sobat deket aku yang cerita soal dia. Jadi kita bisa sampai disini karena ada peran sobat dekatku ini. Atas rekomendasi mereka, karena anak ini baik dan sepertinya tidak neko -- neko. Aku mulai coba berteman juga akhirnya, dan membuka peluang -- peluang makan bareng etc. Temen deket cowo aku tuh bisa dihitung jari, itupun kalau main keluar gak pernah berdua. :"

Begitulah, semuanya dimulai dari situ.....

Sampai akhirnya kalau ada yang nanya, "Bisa tau kalau seseorang itu tepat buat kita gimana?"

Gak ada jawaban baku untuk pertanyaan diatas. Setiap orang punya jawabannya masing -- masing. Kalau buat aku pribadi, orang itu tepat buat kita karena saat bareng orang itu, kita bisa menjadi diri sendiri. Sebenernya sama siapapun juga jadi diri sendiri sih, Cuma hanya orang -- orang yang memang tepat sama kita yang bisa nerima kita apa adanya. Kalau tepat dari sisi dia, coba matching in karakter idaman calon imam kamu. Aku sih me-list kriteria itu, dan berdoa supaya dapat yaaaa minimal 80% lah dari kriteria yang aku tetapkan. Dan dari semua itu, point utama untuk memilih calon imam buat aku yang seagama dan gak pernah bosan untuk memperbaiki diri. Buat kamu yang ingin selalu berkembang, wajib pilih calon imam yang gak malesan untuk berbenah diri. Coba aja challenge calon kamu untuk sesuatu pembuktian. Heheee. And he prove many things to me! Bagaiama caranya? Coba ajak jalan -- jalan ke suatu tempat bersama, lihat dia me-manajemen keuangannya, bagaimana dia di keluarga, dan ukur tingkat kesabaran dan kemarahannya. :") punya imam yang gak sabaran dan bersikap sok superior itu gak asik. Menurutku, beda kali ya kalo udah cinta mah.... Jangan lupa prinsip ini "jangan mencintai seseorang secara berlebihan di awal, sampai dia benar -- benar bisa mengajak kamu menuju jalan kebaikan, atau kamu bisa jadi sakit hati dan merusak semua", ini nasihat mama yang dikasih ke aku.

"Jangan gampang pacaran, masih kecil jangan pacaran apalagi SD, SMP, SMA. Jalan kamu masih panjang, ketemu temen -- temen yang baik masih lebih luas. Semakin lama kamu nunda pacaran, semakin dapat calon yang berkualitas. Sekarang belajar yang bener jadi pinter. Dapet pacar harus yang lebih pinter dari kamu", kurang lebih gitu nasihat mama dari SD. Kayanya bukan hal tabu kalo dari SD dulu juga banyak anak -- anak yang sok pacar -- pacaran :"), untung aku nurut, daan lagian di dalam nasihat itu gak ada larangan saat masa kuliah. Hihiiii. Jadi kuliah deket sama lawan jenis it's oke, asal tau batasan dan jaga diri. Aku dan dia juga gak pacaran si, kita gak kaya pasangan -- pasangan lain yang nandain tanggal jadian terus tiap bulan merayakan. Gak ada waktu buat kita aniv-aniv macam itu... :")

"Aku inget guru aku bilang, kalau punya keinginan sesuatu coba aja didapetin dulu. Urusan setelah dapatnya gimana, nanti Allah pasti kasih jalan. Yang penting niatnya baik.", cerita suamiku bagaimana dia bisa sampai di Semarang. Seketika aku bersyukur karena lulus menjadi mahasiswa di Semarang juga.

 

Jodoh sama dengan rezeki. Terimakasih sudah berjuang bersama saat itu, sampai akhirnya ada titik temu disana. Semoga Allah SWT menakdirkan kita berjodoh dunia dan akhirat. Aamiin.

 Yang jelas, semakin kita menggenggam atau menganggap seseorang adalah jodoh kita, semakin lepas dia. Tapi ketika pasrah dan membiarkan Allah SWT yang mengaturnya, itu yang terbaik.

Jodoh juga bukan perkara cepat atau lambat. Melainkan waktu yang tepat.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun