Mohon tunggu...
Selaya Anastasya
Selaya Anastasya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi S1 Universitas Diponegoro

Belajar dari yang tidak mungkin

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

PANIC DISORDER: Ketika Ketakutan Mengambil Alih

9 Januari 2025   23:20 Diperbarui: 10 Januari 2025   04:26 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kamu tiba-tiba merasa, "Kenapa dadaku sakit? Napasku pendek, keluar keringat dingin, ini kenapa?" Jika iya, kemungkinan besar kamu sedang mengalami serangan panik (panic attack). Tapi, jika serangan ini terus berulang, dengan kemunculan yang tidak dapat diprediksi, itu bisa menjadi tanda panic disorder.

Berbeda dengan gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder), pada panic disorder tingkat kecemasan saat tidak ada serangan bisa nol alias tidak ada sama sekali. Namun, saat serangan terjadi, kecemasannya melonjak tajam. Kondisi ini adalah salah satu bentuk gangguan mental serius yang membutuhkan perhatian khusus.

Apa Itu Panic Disorder?

Panic disorder, atau gangguan panik, secara harfiah dapat diartikan sebagai "tenggelam dalam kepanikan." Penyakit ini pertama kali didiagnosis pada tahun 1832 oleh seorang ahli bedah jantung bernama James Hope. Ia memperhatikan bahwa di antara pasiennya yang mengalami irama jantung tidak teratur dan cepat, ada satu yang menunjukkan reaksi psikologis. Pasien tersebut merasakan ketakutan dan kecemasan berlebihan, merasa bahwa ia akan mati karena kondisi jantungnya. Meskipun hasil pemeriksaan medis menunjukkan bahwa tidak ada masalah serius dengan jantungnya, pasien tersebut tetap tidak mempercayainya dan terperangkap dalam ketakutannya sendiri. Kondisi psikologisnya semakin memburuk, menjadi lebih murung, dan dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran negatif.

Pada tahun 1940-an, gangguan ini yang awalnya disebut sebagai "penyakit jantung tidak stabil" atau "penyakit jantung sensitif" akhirnya diakui sebagai gangguan psikologis dan bukan penyakit dalam. Dr. Donald F. Klein kemudian melakukan diagnosa yang lebih mendalam, menyimpulkan bahwa gangguan ini bukanlah kecemasan kronis biasa, melainkan jenis kecemasan yang datang secara tiba-tiba dan intens.

Penelitian menunjukkan bahwa siapa saja bisa mengalami panic disorder, meskipun kondisi ini lebih sering dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Biasanya, gangguan ini muncul pada masa remaja atau dewasa muda, seringkali dipicu oleh tekanan hidup atau peristiwa emosional yang sangat membebani.

Mengapa Ini Terjadi?

Menurut Kementerian Kesehatan Indonesia, penyebab panic disorder tidak sepenuhnya jelas. Namun, ada beberapa faktor yang sering menjadi pemicu:

  1. Faktor Biologis
    Riwayat keluarga dengan gangguan serupa, ketidakseimbangan biokimia di otak, atau penyakit sistemik seperti diabetes yang tidak terkontrol.

  2. Faktor Psikologis
    Perkembangan kepribadian yang membentuk cara seseorang menghadapi stres sejak kecil.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Healthy Selengkapnya
    Lihat Healthy Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun