"Keunikan apa yang akan Kamu janjikan/tawarkan" Ia melanjutkan pertanyaannya.
"Aku menawarkan ilmu marketing sebagai ilmu kehidupan" jawabku lebih detail.
"Maksudnya?" Ia bertanya serius.
"Setiap aktifitas Kita itu adalah bagian dari pemasaran" jawabku.
"Skill atau Knowledge apa yang Kamu miliki?" Ia bertanya lebih dalam.
"Aku punya pengalaman sebagai pemasar dan konsultan pemasaran" aku meneruskan jawaban.
"Keren!" sahutnya singkat.
"Aku ingin membahas aktifitas Marketing secara simple, unik dan menyenangkan" kataku lagi.
"OK, Great!" jawabnya.
Diskusi Kami semakin dalam dan detail, hingga Aku memahami kenapa Personal Branding itu penting dalam kehidupan sehar-hari. Pemaknaan Personal Branding ini menjadi hal yang serius bagiku, ketika kami masuk ke situasi saat ini dimana maraknya Personal Branding dilakukan di musim Pilkada. Kita melihat gencarnya para calon Pemimpin/wakil rakyat menawarkan janji yang luar biasa hanya untuk mendapatkan suara dari para Pemilih, tidak lebih.
Dan tidak sedikit yang menggunakan cara-cara yang kurang etis, hanya untuk memaksakan kehendak agar mendapatkan suara yang dinginkan. Setelah keinginan Mereka tercapai dan kedudukan diperoleh, lambat laun apa yang Mereka janjikan itu hilang ditelan masa. Dan hebatnya Kita juga bisa lupa terhadap apa yang pernah Mereka janjikan.