Mohon tunggu...
selamat martua
selamat martua Mohon Tunggu... Penulis - Marketer dan Penulis

Hobby: Menulis, membaca dan diskusi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku dan Sepotong Cermin

26 Oktober 2020   07:05 Diperbarui: 26 Oktober 2020   07:11 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang Aku dapat pesangon lumayan, sehingga masih bisa menutupi kebutuhan sehari-hari. Namun tidak mungkin Kami makan uang pesangon terus menerus. 

Aku tetap harus bekerja dan yang jadi persoalan adalah Aku mau kerja apa. Untuk bertahan bekerja di Bank, mayoritas kolaps dan malah cenderung melakukan pengurangan pegawai.

Dalam menjalani kehidupan baru ini, Aku seperti orang linglung. Kebiasaan yang belum hilang adalah bangun pagi, bersih-bersih terus bersiap-siap mau pergi. Tetapi mau pergi kemana. Dunia serasa sempit, sehingga pikiran jadi buntu untuk berpikir dan melangkah.

Kalau biasanya Aku sangat sibuk, baca koran dirapel dihari Sabtu dan Minggu, Namun saat ini, momen baca koran menjadi aktifitas penting. Saat loper koran sedikit terlambat datang, hati ini gelisah seolah-olah ada yang kurang. 

Dahulu ditunggu koran untuk dibaca, sekarang menunggu kedatangan loper koran untuk segera membaca. Kalau baca koran, semua berita termasuk khabar duka, iklan dan apapun yang ada dikoran dilalap habis.Terkadang sengaja membaca secara lamban atau mengulang-ulang baca berita hanya sekedar menghabiskan waktu.

Kondisi ini tertangkap jelas oleh Istriku. Aku merasakan apa yang ada dalam benaknya, namun Ia juga terlihat bingung untuk memulai dari mana.  Akhirnya momen itu tiba, setelah sarapan pagi dan Anak-anak sudah berangkat ke Sekolah, Kami duduk Bersama di ruang tamu dengan masing-masing koran di tangan.

"Gimana Pah! Apa rencana Papa ke depan" tanya istriku memulai obrolan.

"Emmmm, masih bingung mau mulai darimana" sahutku tanpa menoleh.

"Apa sudah dihubungi kawan-kawan lama. Siapa tahu bisa membantu" lanjut istriku memberi saran.

"Kelihatannya Mereka juga mengalami kondisi yang sama" jawabku berdalih.

"Udah dihubungi belum?" desak Istriku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun