Mohon tunggu...
selamat martua
selamat martua Mohon Tunggu... Penulis - Marketer dan Penulis

Hobby: Menulis, membaca dan diskusi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dedek, Sang Guru Kehidupan

7 Oktober 2020   07:12 Diperbarui: 7 Oktober 2020   07:19 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Enggak Pak. Maaf tadi Enggak lihat Bapak," jawabnya sambil menggigil kedinginan. 

"Wuaduh! Kamu bisa sakit kalo kehujanan terus, mana enggak pakai jas hujan lagi," kataku sambil menunjukkan kekhawatiran. 

"Udah biasa Pak!" katanya dengan santai. 

"OK deh! Ini ada sedikit uang untuk beli jas hujan dan buat jajan yaaa," kataku dan dengan senang hati ia berlalu.

Waktu terus berlalu, dan tiba-tiba Aku dapat khabar mengejutkan dari perusahaanku. Aku Pindah kerja Ke Kalimantan. Promosi ini bagian dari amanah yang harus kujalani sebagai komitmen siap ditempatkan bekerja dimana saja. Untuk diriku dan keluarga tidak ada masalah, karena Kami sudah terbiasa berpindah lokasi kerja. Namun yang Aku sedih adalah harus berpisah dengan si Bocah loper koran. 

Terlanjur ada ikatan emosi yang dalam dengan Dedek, Meski layakanya Anak Saya, tetapi Kami sudah seperti sahabat. Aku masih ingat ketika Ia terlihat murung dan curhat tentang prilaku teman teman di sekolah. Saat seperti itu Aku coba hadir sebagai teman maupun orang tua bagi dirinya. Di saat lain Ia terlihat begitu ceria, karena kelasnya juara Sepakbola saat mengikuti pertandingan antar kelas. 

Ia pernah mengeluhkan sulitnya belajar matematika yang diajarkan gurunya. Aku mencoba mendengar alasan-alasan apa yang membuat dirinya kesulitan mempelajari matematika. 

Setelah Aku telusuri, ternyata Ia terpengaruh omongan temannya, sehingga terbentuk pola pikir bahwa matematika itu sulit. Saat Kuliah dulu, Aku pernah memberikan les privat beberapa pelajaran, jadi Aku memahami masalah seperti ini dan dengan senang hati kuajarkan Ia tips-tips untuk belajar matematika yang asyik. 

Satu kenangan yang sangat berkesan bagiku adalah ketika aku mengajarkan kepadanya cara baca cepat dengan tingkat pemahaman tinggi. Terkadang Aku sengaja mengambil tempat duduk paling belakang, agar bisa ngobrol dengan dirinya. Aku memberi contoh trik cara membaca cepat ke Dedek, kemudian mempersilahkan Ia bertanya apa yang baru Aku baca. Ia sangat terkejut dan senang ketika Aku bisa menjawab semua pertanyaannya secara lengkap. 

Sejak saat itu, kalau bus masih bus kosong, Aku memintanya untuk membacakan berita Koran hari itu untukku untuk membantu dirinya terbiasa membaca dan setelah selesai aku akan menanyakan berita yang ada hubungannya dengan sekolahnya. Dampaknya ternyata ia sudah punya kebiasaan membaca dan Aku melihat ada perubahan dari dirinya terutama dalam berkomunikasi, ada kosa kata yang selalu baru. Mungkin ini efek dari rajin membaca.

"Kayaknya Bulan depan, Saya enggak berlangganan Koran lagi," kataku hati-hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun