Arya mendekati Lina, menggenggam tangannya dengan lembut. "Apa maksudmu?"
Lina menatap Arya dalam-dalam. "Mereka tidak pernah bisa bersama... Tapi kita bisa. Mungkin itulah cara kita memutus siklus ini. Dengan memilih jalan yang berbeda, dengan tidak membiarkan masa lalu mendikte hidup kita."
Arya meremas tangan Lina, ekspresinya penuh dengan pemahaman. "Rupanya ini semua adalah takdir kita, Lina. Kita sudah pernah bertemu di masa lalu, dan sekarang kita punya kesempatan untuk memperbaiki semuanya."
Mereka saling menatap, menyadari bahwa satu-satunya cara untuk memutus siklus yang telah berulang ini adalah dengan menyatukan diri mereka dalam kehidupan sekarang ini. Arya mendekap Lina, dan Lina merasakan kedamaian yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
"Sayang, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu", bisik Arya lembut.
"Apa?" tanya Lina datar, masih menghayati dekapan Arya yang terasa nyaman.
"Bagaimana kamu tahu tentang masa laluku?"
"Maksud kamu?"
Arya menghela napas panjang. "Setelah perceraianku, hidupku memang berantakan. Aku merasa tersesat hingga aku berjumpa de...."
Lina terbelalak, ditepisnya dekapan Arya. "M..maksudmu? Kamu..., kamu ini duda, Mas?"
Arya terdiam beberapa saat, lalu tersenyum. "Kalau semua ini benar, aku tidak mau menunda lagi. Aku ingin kita selalu bersama, Lina. Aku tidak ingin masa laluku berulang kembali. Apa kamu siap menerimaku ?"