Setelah perjalanan pulang yang terasa seperti mimpi buruk, Lina akhirnya sampai di apartemennya dan langsung merebahkan diri di tempat tidur. Dia merasa seluruh energinya terkuras habis. Dia biarkan pikirannya yang gelisah perlahan-lahan tenggelam dalam kelelahan. Matanya perlahan tertutup, dan tanpa sadar, dia jatuh tertidur.
Dalam tidurnya, Lina bermimpi. Di mimpi itu, dia kembali ke mansion, tetapi suasananya berbeda. Tidak ada lagi debu dan kegelapan. Sebaliknya, taman di sekeliling mansion itu indah, penuh dengan bunga-bunga bermekaran. Di tengah taman itu, seorang pria berdiri. Wajahnya samar, tapi ada sesuatu yang familiar dari dirinya.
"Kamu datang," kata pria itu dengan lembut. "Aku sudah menunggu."
Lina berjalan mendekat, merasa seolah dia mengenal pria itu seumur hidupnya, meskipun tidak bisa mengingat kapan dan di mana mereka bertemu.
"Siapa kamu?" tanya Lina dengan suara yang lebih lembut daripada yang dia maksudkan.
Pria itu tersenyum hangat, membuat Lina merasa aman di dekatnya. "Terlalu lama, sayang. Sangat lama. Tapi sekarang, waktunya kita bertemu kembali."
---
Keesokan harinya, Lina terbangun dengan perasaan aneh yang sulit dia jelaskan. Mimpi itu terasa begitu nyata, seolah-olah dia benar-benar bertemu dengan pria itu. Wajah samar pria tersebut masih terngiang di kepalanya, dan dia tak bisa menyingkirkan dari pikirannya.
Masih tersisa waktu satu jam untuk Lina pergi ke kantor. Segera dia mandi dan berbenah, lalu mempersiapkan semua barang yang harus dia bawa sesuai jadwal hari itu. Perlahan, bayang-bayang mimpinya semalam memudar, berganti dengan prediksi kejadian-kejadian yang mungkin terjadi nanti di kantor.
Di tengah perjalanannya menuju kantor, melewati trotoar yang lumayan ramai oleh lalu-lalang pejalan kaki, langkah Lina mendadak terhenti ketika seorang pria menghampirinya dari arah seberang jalan. Dia terkejut bukan main. Wajah pria itu... persis seperti pria dalam mimpinya semalam.
"Hai," kata pria itu sambil tersenyum. "Maaf kalau ini terdengar aneh, tapi... aku merasa kita pernah bertemu sebelumnya. Mungkin hanya perasaan, tapi... boleh aku tahu namamu?"