Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Indah Pada Waktunya

24 Desember 2023   16:26 Diperbarui: 24 Desember 2023   16:28 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Indah Pada Waktunya

@Cerpen

"Mama-,mama nanyi brli sepatu ya buat dipakai Natal," seru seorang anak laki-laki kepada mamanya.

Krluarga yang hidup sederhana. Kedua orang tuanya bekerja sebagai pemulung.

"Baiklah Nak, kalau  dapat banyak ya hasil memulung kita pasti msma brli sepatu dan baju buat liturgi di Natal  nanti," balas ibunya meyakinkan.

Wajah Ruli tampak ceria mendengar penuturan mamanya.

Pagi yang cerah mereka sudah pergi memulung. Uang hasil memulung untuk kebutuhan sehari-hari dan membeli sepatu Natal Ruli.

Sepulang memulung tiba-tiba terdengar teriakan dari luar.

"Hei, Bapak Ruli keluar dulu, " panggil seorang bapak muda dengan nada 2 oktaf.

"Ma, siapa yang teriak itu,"tanya Bapak Ruli.

Bergegas dia keluar menghampiri orang yang teriak.

"Oh, pak Sihar ada apa Pak? tanya Pak Ruli.

"Masih nanyak lagi, mana kontrakan rumahmu, sudah dua bulan belum bayar-bayar," ungkapnya marah.

"Maaf Pak, kami belum punya uang, hasik memulung juga sedikit. Kasih kami waktu pak pasti kami bayar."

"Saya beri waktu 3 hari, kalau tidak  segera pundah dari rumah ini," ucapnya emosi sambil balik badan meninggalkan Pak Ruli.

"Aduh, sakitnya orang miskin ini, aku sudah berusaha dari pagi memulung namun belum cukup untuk bayar kontrakan. Belum lagi beli sepatu anakku, kasihan sekali dia. Teman-temannya punya sepatu dan baju baru," monolognya di gati sambil menetes air mata.

"Ah, biarlah aku tidak punya sepatu. Aku masih punya sepatu sekokah masih terlihat bagus, nanti bagian yang sobek aku minta mama menjahitnya," bisik Ruli yang duduk disamping rumahnya yang tidak sengaja mendengar pembucaraan Bapaknya

"Tidak kusangka ansk itu, seperti orang dewasa saja dia. Bisa berjiwa besar," ucap seorang pabak yang sedang lewst dari rumah Ruli.

Di perjalanan pulang memulung bapak Ruli duduk istirahat. Dia merenungkan nasib keluarganya.

"Wah sudah gelap sebentar lagi hujan pulang ah," bapak Ruli bergumam di hati.

Pak Sihar melihatnya dari jauh. Dia oun tetiak memanggil.

"Hei, sini kamu mana uang kotrakanmu kok belum dibayar. Berapa uang dikantongmu sini bayarlah," ucapnya ketus.

Pak Ruli merogoh kantong bajunya. Ada selembar uang lima puluh ribu. Itu pemberian dari teman satu sekolah dulu.

Akhirnya Pak Ruli memberi uang yang diambil dari sakunya.

"Yah sudah pergilah, ingat ini bukan cicilan kintrakan ya, ini bunga sari utangmu," serunya sembari mengisap rokonya.

"Yah, apes lagi," ucapnya lirih sambil melangkah gontai.

Istri Pak Ruli sedih melihat suaminya murung. Pak Ruli menceritakan kisahhya bertemu yang punya rumah.

Disisi lain.

"Kasihan sekali anak Bang Ruli itu, kebetulan hasil uang memulungku kumayan banyak aku akan menemui Bapak si Ruli.

"Bang, aku dengar anakmu mau natal tetapi tidak punya uang untuk membelinya. Aku ikhlas kok memberi pakailah membeli sepatu Natal anakmu," ucapnya. Diapun minta izin pulang.

Sesampai di rumah wajahnya tampak ceria.

"Pak, kok senyum-senyum gitu ada apa? tanya istrinya heran.

Pak Ruli mencertika pertemuannya dengan krisman.

"Oh, begitu rupanya. Terima kasih banyak buat Abang Krisman itu. Tuhan memberi berkat yang melimpah kepadanya," tuturnya dengan rasa haru.

Ruli dan mamanya pergi ke pasar membeli sepatu dan baju baru untuk Natal.

Sesampai di rumah Ruli mencoba baju dan sepatunya. Ibunya menyuruh Ruli menghadap bapaknya.

"Pak, lihat sudah ganteng belum anakmu ini?" tanya Ruli ke Bapaknya.

Tersentak Bapak Ruli menyaksikan anaknya.

"Wah, ganteng sekali anak Bapak. Anak Bapak yang palubg ganteng nanti," serunya sembari tersenyum.

Tuhan tidak tinggal diam mendengar keluhan dan doa umatNya. Ia memakai irang lain menolong keluaraga Ruli.

Indah pada waktunya.

Kisah ini diambil dari film Batak. Indah pada waktunya.

Jakarta, 24 Desember 2023

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun