Amir tidak mundur mendekati Sita, dia berniat akan membantu Sita merubah kehidupan keluarga Sita.
Kegigihan Sita membuat Amir semakin menyukainya.
"Semoga dengan melihat keadaan keluargaku Pak Amir tidak lagi mendekatiku," ulas Sita di benaknya.
Merasa akan terbebas dari Bosnya Sita seperti kijang yang lepas dari kandangnya. Bahagia menyelimuti hatinya.
Usai berbincang-bincang dengan kedua orang tua Sita, Amir akhirnya minta izin pulang. Mereka beranjak dari kursinya menuju mobil yang terparkir di halaman. Amir masuk ke dalam mobil dengan kaca jendela yang masih terbuka. Mobil perlahan melaju meninggalkan rumah Sita.
"Hati-hati Nak di jalan," ucap Ibu Sita mengingatkan. Sita dan orang tuanya kembali masuk ke rumah setelah mobil tak terlihat lagi.
Senyum Amir mengembang  wajahnya  ceria. Dia bangga mendapat Sita yang polos dan gigih. Kesederhanaan Sita tidak mengurangi kecantikannya.
"Nak, sepertinya kamu tidak bahagia. Siapa dia sebenarnya? tanya ibuhya.
"Dia Bosku Bu, Sita juga bingung tiba-tiba dia mengantarku pulang," balas Sita.
"Hati-hati Nak, jangan terlalu berharap ."
Sita memahami yang dimaksud ibunya.