Seminggu kemudian, Kirin pergi ke pengadilan. Surat cerai yang diurusnya ternyata sudah selesai. Dia berniat kalau Dodi datang lagi Kirin akan memberikannya.
Sesampai di rumah dia melihat ada tamu yang sedang duduk di sopanya. Dengan memberi salam dia masuk. Tersentak Kirin melihat tamu yang sudah menunggunya.
"Hai Rin, dari mana aku sudah lama menunggumu," ucapnya.
"Syukurlah Mas datang aku tidak kesulitan mencarimu," ucap Kirin sambil membuka tasnya dan meraih amplop cokelat.
"Nih, Mas surat cerai kita, jangan menggangguku lagi, kita sudah sah bercerai," jelas Kirin.
Dodi bergeming, serasa otot dengkulnya lemas, dia pun terduduk. Tidak menyangka dia harus bercerai dengan Kirin yang masih mengharapkan dirinya.
"Sekarang, silakan Mas, pergi dari rumah ini," tegas Kirin.
Dodi tidak terima apa yang dilakukan Kirin, tetiba dia merangkul Kirin dan mengeluarka botol kecil dari sakunya. Kirin berteriak-teriak minta tolong.
"Mengapa kamu lakukan ini Mas, dulu meniggalkanku tanpa alasan yang jelas.
Aku cemburu, kehidupanmu kini sudah mapan, sedangkan aku kekurangan dan tidak punya uang."
Kecemburuanmu tidak beralasan Mas, lepaskan aku, aku sudah bahagia tanpa dirimu," jerit Kirin.