Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kesedihan Menyelimuti Hati Saat Akan Berpisah

1 Juli 2023   15:34 Diperbarui: 1 Juli 2023   15:34 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penantian di Ujung Rindu-20

@Cerpen

Kesedihan Menyelimuti Hati Saat Akan Berpisah

Sarapan pagi sudah tersaji di meja makan, saat anak-anak sudah bangun. Nenek gegas ke pasar sebelum fajar menyingsing.

"Kek, ayo temani ke pasar, untuk membeli lauk yang akan bekal ansk cucu di perjalanan pulang," ajak nenek kepada kakek yang sudah bangun.

"Baik Bu," balas kakek sembari melangkah meraih kunci motor. Usai menyalakan motor, kakek melajukan motornya dengan perlahan.

Udara terasa sejuk menyapa kakek dan nenek dalam perjalanan menuju ke pasar. Jarak antara pasar dengan rumah nenek lebih kurang 2 kilo meter. Jalan masih sepi, belum ada kemacetan, karena masih pagi. Beberapa menit berlalu mereka sudah sampai di pasar Inpres. Kakek memarkir motor di parkiran. Setelah turun dari motor nenek melangkah masuk ke dalam pasar. Daging sapi yang masih segar berjejer di tempat penjual daging. Nenek memilh daging yang empuk untuk dimasak rendang. Penjual daging yang sudah menjadi langganan nenek menimbang dagingnya setelah menawar harga daging tersebut. Usai ditimbang nenek membuka dompet lalu mengambil lembaran merah untuk membayar daging 2 Kg. Nenek melangkah ke penjual bumbu dan kelapa. Usai pembayaran nenek menuju ke parkuran. Kakek sudah menunggu di sana.

"Sudah selesai belanjanya Bu," tanya kakek sambil menstater motornya.

"Sudah, Pak, ayo kita pulang."

Kakek melajukan miyornya meninggalkan pasar. Di depan pasar jalanan macet, karena nadih banyak yang berualan di pinggir jalan. Dengan hati-hati kakek membawa motornya. Usai melewati pasar jalan menjadi lancar. Mereka akhirnya sampai di rumah. Nenek turun lalu membuka gerbang. Nenek gegas membawa belanjaan ke dapur. Ternyata cucunya sudah pada bangun.

"Eh, cucu nenek sudah pada bangun ya," sapa nenek dengan senyum yang sumringah.

"Sudah nek, nenek dari mana?" tanya cucu yang sedari tadi mencari keberadaan nenek dan kakeknya

Nenek meraih belanjaan yang dibeli dari pasar. Dari dalam pelastik nenek mengeluarkan daging sapi ke dalam waskom. Nenek membersihkan di bawah air mengalir. Semua bumbu sudah diulek. Setiap nenek masak bumbu selalu diulek sendiri. Rasa jauh lebih enak dibandingkan bumbu jadi yang dati pasar.

Semua bumbu yang sudah diulek ditumis ke dalam penggorengan.

"Hmm, wangi sekali masakan mama," ungkap Bu Lia sembari mengirupnya.

Daging pun dimasukkan kedalam kuali saat bumbu sudah mewangi. Sambil diaduk-aduk nenek mengingatkan anak-anaknya agar sarapan.

 "Kami sudah sarapan semua Ma," balas anak-anaknya.

"Syukurlah kalau begitu. Jam berapa besok berangkat?" tanya nenek memastikan.

"Kira-kira pukul 09. 00 pagi, Ma," balas Lia lirih.

Lia masih ingin bersama orang tua dan adik-adiknya namun, sekolah anaknya lebih utama, juga pejerjaan Hery suaminya.

"Mama sudah menyiapkan bekal kaliandi jalan. Paling tidak lauk bisa untuk siang dan malam nanti," tutur Nenek sembari mendongak ke wajah anaknya yang terlihat murung.

"Terima kasih Ma," balasnya.

Nenek tahu kesedihan anaknya, nenek juga merasakan hal tang sama.

"Sudah, Nak, jangan bersedih, semoga Tuhan memberi waktu untuk kita bisa bertemu," ungkap nenek mengibur.

Sementara Lory dan adiknya asyik bermain. Nenek menghampiri kedua cucunya.

"Hai Kak Lory, asyik benar mainnya. Nenek boleh ikutan," tawar nenek sembari memeluk cucunya.

"Bokeh, nek," jawab cucunya serentak.

Senyum sumringah terpancar di wajah nenek.

"Kak, Lory ingat, Nak, sebentar lagi mau online ya?" jangan sampai lupa," kata Bu Lia mengingatkan.

Lory pun beranjak dari tempat ia bermain dengan adiknya. Usai memakai seragam lalu ia membuka labtop. Dia siap di depan labtop dan zoom dengan gurunya. Ternyata Msnya sudah masuk kelas. Dengan memberi salam dan doa pelajaran pun dimulai oleh Msnya. Walau belajar secara zoom Lory dengan semangat mendengar dan mengikuti pelajaran. Tugas yang diberikan gurunya bisa dikerjakan. Lory yang saat ini duduk di kelas satu SDS.

Begitulah cara Lory belajar selama di Jakarta bersama nenek dan kakeknya.

Semburat jingga memancar indah di senja itu, semua keluarga sudah bembersihkan tubuh mereka. Makan malam berkumpul semua di meja makan. Senin pagi anak dan menantu serta kedua cucu akan kembali ke Medan. Ini hari terakhir makan malam mereka. Tetiba Lia menghampiri mamanya.

"Ma, gimana ini, badan Lory demam, sementara besok mau pulang, aku takut ma," ucapnya cemas.

Tersentak nenek mendengar ucapan Lia anaknya. Nenek menyarankan untuk minum obat Sanmol penurun panas. Saat berangkat dari Medan Bu Lia sudah menyiapkan obat untuk mengantisipasi keuarganya bila sakit selama di perjalanan.

"Ya, ma, sudah diminum."

Usai makan bersama Nenek pun masuk ke kamar melihat keadaan cucunya.

" Halo, Kak Lory, kenapa sakit?" istirahat ya biar cepat sembuh!" Nenrk akan membalurkan minyak gosok ke badanmu sambil mengurutnya," tutur Nenek tersenyum.

"Ya. Nek, Lory mau diurut ssma nenek," pintanya manja.

Saat di ukur panasnya memcapai 38, 5. Sambil tidur Lory di kompres sama ibunya.

Tak lupa mereka melantunkan doa kepada Yang Kuasa, memohom kesembuhan cucunya.

Jakarta, 1 Juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun