Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan dan Angin Kencang

30 Juni 2023   17:32 Diperbarui: 30 Juni 2023   17:37 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penantian di Ujung Rindu-19

@Cerpen

Hujan dan Angin Kencang

"Ma, doain kami ya, masih terjebak macet. Hujan dan angin sangat kencang Ma," balas Bu Lia sedih.

"Kami terus bawa doa sayang semoga macetnya tidak lama dan hujannya redah," ungkap Nenek menghibur anak dan menantunya.

Nenek pun menutup telepon genggamnya.

Malam semakin merangkak, Nenek melayangkan netranya ke arah jendela kaca, ternyata di luar hujan sangat deras disertai angin. Pohon terlihat meliuk-liuk tertiup angin.

"Ternyata hujannya merata, dari jendela hembusan angin jencang masuk ke rumah.

  "Aduh, dinginnya sampai menusuk tulangku," ucap nenek sembari melangkah meraih baju hangat.

Nenek yang sudah menjelang lansia tidak kuat lagi menahan dinginnya angin yang menerpa. Nenek melangkah menuju kamar, ingin melihat cucunya, memastikan sudah tidur atau masih bermain bersama tante Nita.

Pintu dibuka perlahan kemudian melihat ke dalam, ternyata cucunya sudah terlelap. Lory tidak kuat menahan kantuknya yang ingin menunggu kedatangan Papa dan Mamanya.

  Kakek juga sudah terlelap dalam tudurnya. Hanya nenek yang terjaga. Namun, beberapa menit kemudian tidak terasa nenek pun ikut memanjakan dirinya di pembaringannya. Bu Lia meraih telponnya, mereka ternyata sudah dekat rumah Nenek. Netranya melihat angka di layar HP, pukul 01. 00.

HP nenek berdering terus, nenek yang sudah pulas tidak mendengar lagi panggilan masuk.

  "Wah, sepertinya nenek sudah tidur. Mungkin kelamahan menunggu kita," seru Bu Lia kepada Reyhan suaminya. Bu Lia kini memencet nomor Nita adiknya. Di layar terlihat berdering. Tidak lama kemudian ada jawaban.

" Hai Kak, di mana posisinya sekarang," tanya Nita setengah sadar.

"Dik, kami sudah dekat!" tolong dibuka gerbang ya," pinta Bu Lia kepada Nita adiknya.

"Oh, baik Kak."

Gegas Nita beranjak dari pembaringannya. Sampai di teras, Nita melihat mobil sudah sampai. Nita mendorong gerbang namun, ia merasa kesulitan membukanya. Badannya kecil merasa keberatan mendorongnya.

Hery kakak iparnya pun turun membantu Nita.

'Berat ya gerbangnya, makanya makan yang banyak biar kuat," ucap iparnya bercanda.

"Heheheeee, ya bang," balas Nita menimpali candaan kakak iparnya.

  Tetiba nenek terjaga dari tidurnya. Samar-samar ia mendengar suara di depan rumah. Nenek pun bangkit dari tidurnya ingin melihat keramaian di luar. Ternyata pintu sudah terbuka.

"Oh, kalian rupanya. Puji Tuhan sudah sampai dengan selamat," kata nenek sembari melirik ke dalam mobil. Osal cucunya sudah tidur. Nenek meraihnya dari pangkuan Lia.

"Sini, cucuku biar kugendong," ucap Nenek. Osal pun di bawa Nenek menuju kamar mereka. Dengan perlahan Osal dibaringkan di atas kasur yang sudah beralas seprei.

  Bu Lia menyusul nenek ke kamarnya. Lia kuatir Osal terbangun. Dia bisa teriak kalau mamanya tidak ada di sampingnya.

"Pasti kalian sudah capai dan lapar. Ayo makanlah dulu, mama sudah masak," kata nenek sembari menghidangkan di meja makan. Menantu ayo makan," ajak nenek.

"Baik, Bu terima kasih," jawabnya.

Bu Lia yang sudah lapar perlahan keluar dari kamarnya meninggalkan Osal di kamar. Lory juga sudah ada di kamar.

"Kami sangat cemas tadi Ma, hujan deras sekali disertai angin yang bertiup kencang. Macetnya juga terlalu," tutur Lia yang terasa lelah.

  Usai melantunkan doa Lia dan menantu Nenek pun makan bersama.

"Ayo, makan yang banyak," kata Nenek memberi semangat.

Mengingat terkena macat yang panjang, mereka sudah kelaparan hingga menantu dan anak makan dengan lahapnya. Ayam goreng humbu kuning dengan sambal teras.

Usai makan anak dan menantu ingin merebahkan raganya. Netranya sudah tidak dapat ditahan

  Nenek pun berpamitan ingin tidur. Disusul dengan anak dan menantu.

Dinginnya malam menemani tidur mereka.

Jakarta, 30 Juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun