Nenek pun melangkah menuju ke dapur membuatkan minuman kepada Kakek Lory. Nenek meletakkan bokongnya di kursi yang tidak jauh dari tempat Kakek tiduran. Sambil menunggu anaknya dari Bandung Kakek dan Nenek menyibukkan diri dengan cara masing-masing. Tetiba telepon genggam Nenek berdering. Terlihat di layar nama anaknya Lia. Nenek pun menggangkatnya.
"Halo, Nak, sudah di mana kalian?" tanya Nenek cemas.
"Ya, Ma, ini kami kena macet sepertinya tengah malam kami sampainya," kabar Bu Lia. Nenek menghibur Lia agar, tidak usah cemas, dan tetap berdoa.
Bu Lia tampak cemas akan kemacetan yang dihadapi. Namun, dia percaya akan pertolongan Tuhan. Beberapa menit kemudian mobil mulai berjalan walau masih sedikit-sedikit.
Tetiba mereka tersentak, terdengar suara Gluduk yang menggelegar.
"Waduh, kencang bangat Gluduknya Pa, hujan akan turun. Tuhan tolonglah kami lindungi kami dalam pjalanan inii," imbuh Bu Lia sembari melantunkan doa.
Terlihat dari kaca jendela, tiupan angin sangat kencang disertai gerimis. Semakin lama hujannya semakin deras. Jalanan masih macet. Bu Lia melirik jam di tangannya.
 "Aduh, sudah 23. 30 menit," Bu Lia berseru.
"Ma, jangan panik, kita serahkan semua kepada Tuhan, semoga segera lancar perjalanan kita," Pak Hery menghibur.
Osal yang sepanjang jalan mulai berangkat pulang, tiba-tiba terbangun.
"Mama, belum sampai lama bangat, hik, hik, hik," teriak Osal yang sudah bosan.