Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan Macet

19 Juni 2023   23:02 Diperbarui: 19 Juni 2023   23:33 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penantian di Ujung Rindu-18

Perjalanan Macet

"Ayo Nak, masuk ke mobil, kita ke rumah kakek dan Nenek," imbuh Lia sembari menggendong Osal. Setelah Istri dan anaknya sudah masuk, Pak Hery membuka pintu mobil lalu duduk di depan.

Usai urusan Bu Lia dan Pak Hery selesai, mereka akan langsung kembali ke Jakarta namun, sebelumnya mereka pergi ke Moll ingin membeli tas yang akan dipakai Nenek di pesta pernikahan anak keduanya. Pukul 19. 00 WIB, Pak Hery melajukan mobilnya menuju Jakarta.

"Ma, kami sudah menuju Jakarta, Lory cucu mama sudah tidur belum Ma?" Tanya Bu Lia kepada Mamanya di telepon genggamnya.

  "Lory belum juga tidur, dia masih menuggu kalian pulang Nak, Cucu ngobrol dengan Tantenya," balas Mamanya dari kejauhan. Nenek menghampiri cucunya Lory.

"Lory, Papa sama Mama sekarang jalan pulang ke Jakarta," tutur Nenek sembari mencium cucunya.

"Benarkah Nek, berarti aku menunggu Papa dan Mama serta adik Osal,"jawabnya dengan ceria.

  Lory kembali cerita dengan Tantenya. Tidak habis-habis kamusnya bila bersama Tantenya. Nenek sangat senang bersama cucunya. Kini dia sudah duduk di kelas satu Sekolah Dasar. Nenek sudah menyiapkan makanan buat anak dan menantunya, saat mereka sudah sampai di rumah.

"Kakek, belum tidur sudah jam 10 malam," tanya nenek sembari menghampirinya.

  "Kakek hanya tiduran di sini sembari menunggu anak kita pulang. Tolong dibuatin tehmanis buatku," pinta Kakek sembari melihat acara di youtube.

Nenek pun melangkah menuju ke dapur membuatkan minuman kepada Kakek Lory. Nenek meletakkan bokongnya di kursi yang tidak jauh dari tempat Kakek tiduran. Sambil menunggu anaknya dari Bandung Kakek dan Nenek menyibukkan diri dengan cara masing-masing. Tetiba telepon genggam Nenek berdering. Terlihat di layar nama anaknya Lia. Nenek pun menggangkatnya.

"Halo, Nak, sudah di mana kalian?" tanya Nenek cemas.

"Ya, Ma, ini kami kena macet sepertinya tengah malam kami sampainya," kabar Bu Lia. Nenek menghibur Lia agar, tidak usah cemas, dan tetap berdoa.

Bu Lia tampak cemas akan kemacetan yang dihadapi. Namun, dia percaya akan pertolongan Tuhan. Beberapa menit kemudian mobil mulai berjalan walau masih sedikit-sedikit.

Tetiba mereka tersentak, terdengar suara Gluduk yang menggelegar.

"Waduh, kencang bangat Gluduknya Pa, hujan akan turun. Tuhan tolonglah kami lindungi kami dalam pjalanan inii," imbuh Bu Lia sembari melantunkan doa.

Terlihat dari kaca jendela, tiupan angin sangat kencang disertai gerimis. Semakin lama hujannya semakin deras. Jalanan masih macet. Bu Lia melirik jam di tangannya.

  "Aduh, sudah 23. 30 menit," Bu Lia berseru.

"Ma, jangan panik, kita serahkan semua kepada Tuhan, semoga segera lancar perjalanan kita," Pak Hery menghibur.

Osal yang sepanjang jalan mulai berangkat pulang, tiba-tiba terbangun.

"Mama, belum sampai lama bangat, hik, hik, hik," teriak Osal yang sudah bosan.

  "Sayang, sebentar lagi kita sampai ya, cup, cup, cup, jangan menangis lagi."

Jarum langit semakin deras membasahi semesta. Hembusan angin juga semakin kencang seakan-akan mengguncangkan mobil yang mereka kendarai.

Terdengar telepon genggam Bu Lia berdering.

Gegas, Bu Lia mengangkat teleponnya. Ternyata mamanya yang bertelepon.

"Halo, Nak, sudah di mana posisinya, apa masih macet?" tanya Mama Bu Lia cemas.

Jakarta, 19 Juni 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun