Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Bertemu Paman dan Bibi

17 Mei 2023   22:36 Diperbarui: 17 Mei 2023   22:53 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penantian di ujung Rindu-5

Bertemu Paman dan Bibi

Tetiba ada bayangan dari kaca mobil. Beberapa orang laki-laki menghampiri mobil mereka.

"Pa, lihat di luar ada yang datang, aku takut Pak," Bu Lia berbisik kepada Pak Hery suaminya.

"Tenang saja Ma, mereka tidak akan mengganggu, penasaran saja mereka sama kita," balas Pak Hery meyakinkan Bu Lia.

Bu Lia dan suamnya tidak meladeni orang yang datang menghampiri mereka. Keringat dingin membasahi raga Bu Lia. Sebelum fajar menyingsing mereka kembali melanjutkan perjalanan. Bunyi klakson yang dinyalakan Pak Hery menandakan mereka izin untuk melanjutkan perjalanan.

"Permisi Pak, kami hanya numpang menginap karena sudah kemalaman, dan kami izin pamit," ungkap Pak Hery sembari menganggukkan kepalanya.

"Oh, baik Pak, tidak apa-apa kmai kira sesuatu terjadi," jawab seorang dari mereka.

Mobil pun melaju meninggalkan beberapa lelaki yang menghampiri mobil Pak Hery.

"Duh, lega rasanya kirain mereka ingin mengganggu kita," kata Bu Lia sembari tangannya mengusap-usap dadanya.

Beberapa lelaki itu ternyata pendudk desa setempat yang baru saja pulang dari desa tetangga. Mereka menghadiri pesta pernikahan yang hiburannya hingga larut malam.

Bu Lia meraih termos untuk membuatkan minuman kepada Pak Hery. Anak-anak mereka masih tertidur pulas, hingga Bu Lia tidak prlu membuat minuman mereka.

"Pak, ini minumlah dulu, semoga hari ini perjalanan lancar," tutur Bu Lia sambil menyodorkan gelas kepada Pak Hery.

Dari kejauhan sinar mentari terlihat dari celah-celah pohon yang rindang menerangi perjalanan mereka. Terkadang sinar mentari terihat menyeruak, sebentar menghilang dari pandangan mata. Mereka sudah masuk ke dalam hutan. Tikungan tajam banyak mereka lalui. Dengan hati-hati Pak Hery menyetir mobilnya. Jalanan masih sepi hanya beberapa mobil yang melintas.

Dret, dret,  HP Bu Lia berbunyi. Gegas Bu Lia meraih HP yang disimpan di laci mobil. Tertera nama Ibunya. Dia pun membuka chat di WAnya.

"Ma, kami baik-baik saja, ini sudah melewati daerah Jambi dan menuju Palembang," balasnya di WA. Lega rasa ibunya membaca balasan dari Bu Lia.

Mentari semakin menyebarkan warna indahnya menerangi persada. Sembari melajukan mobilnya Bu Lia mengarahkan netranya mencari resatauran. Tidak lama berselang restauran ditemukan.

"Pa, di sana ada restauran kita berhenti dulu sudah lapar bangat nih," imbuh Bu Lia mengingatkan suaminya.

Pak Hery membelokan mobil masuk ke parkiran restauran. Bu Lia membangunkan kedua anaknya.

"Kak Lory, bangun yok, kita mau makan nak," seru Bu Lia sembari mengusap tubuh anaknya.

"Kita sudah sampai ya Ma," balas Lory dengan senang.

"Belum Kak, kita mau makan dulu, rumah bibi masih jauh nanti kita mampir ke sana biar kalian main sama Bang Jotan," jelas bu Lia.

Pak Hery turun kemudian menggendong Osal yang masih tidur. Mereka melangkah masuk ke restauran. Di bagian tengah ada meja yang kosong mereka duduk di sana. Bu Lia meraih kertas menu yang ada di meja makan, lalu menyodorkanya kepada pelayan restauran. Sembari menunggu makanan datang Bu Lia membawa anak-anak ke kamar kecil. Usai dari kamar kecil merka kembali ke meja makan, ternyata makanan sudah terhidang. Perjalanan menuju Palembang masih jauh, mereka singgah di rumah kakak iparnya. 

"Ma, lama sekali sampainya, Lory sudah tidak sabar bertemu Bang Jotan dan Bibi," sambung Lory.

"Ya, Kak kemacetan kemarin itu yang membuat kita lama sampainya, semoga nanti perjalanan kita lancar," jawab Bu Lia menghibur.

Osal yang berusia tiga tahun belum bisa makan sendiri, dia harus disuapi oleh Bu Lia. Agar Osal lebih cepat makannya. Lory sudah pintar makan sendiri, dia sudah kelas satu. Usai makan mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Bibi.

"Ayo anak-anak kita ke mobil lagi, ya! " kata Bu Lia.

Pak Hery melajukan mobilnya setelah semua sudah masuk dan tidak ada yang tertinggal di restauran. Lory dan Osal meraih mainan yang ada di dalam kotak. Sembari tertawa mereka asyik bermain boneka. Sepanjang perjalanan masih terlihat hamparan sawah yang luas. Padi yang hampir menguning membuat para petani bersemangat menghalau burung yang hinggap. Di tengah sawah mereka memasang orang-orangan dengan tali panjang dan kaleng yang bergantungan.

"Ma, lihat kok ada patung di tengah sawah?" tanya Lory heran.

"Patung orang-orangan itu digunakan untuk mengusir burung-burung yang hinggap ingin memakan padinya Kak," jawab Bu Lia.

"Oh, begitu ya, Ma."

Pemandangan sawah yang sedang menguning sangat menyenangkan. Terbayang para petani saat menanti panennya. Lelah selama ini dan teriknya mentari juga hujan yang menerpa berganti suka cita.

Dengan melajunya mobil, pemandangan sawah telah jauh teringgal. Target untuk sampai di Palembang Pak Hery mempercepat mobilnya.

Mentari semakin mengarah ke barat, warna jingga memperindah persada, tampak anak-anak bermain di halaman rumhanya. Wajah segar dengan bedak tabur di wajah ceria. Senyum mengembang saat bermain bersama teman-temannya.

Pukul 21.00 WIB, mereka sampai di rumah Bibi. Pak Hery memarkir mobilnya di halaman rumah bibi Lory. Bunyi mobil yang parkir di depan rumahnya, membuat Jotan keluar dan teriak kegirangan.

"Ma, Paman sudah datang," teriak Jotan sembari berlari mengampiri mobil pamannya.

"Paman, sudah samapi ya, mana adik Lory dan Osal?" tanyanya dengan tidak sabar.

"Halo, Jotan, apa kabar?" ucap paman sebari keluar dari mobil.

Paman memeluk keponakannya dengan erat. Mereka semua turun dari mobil. Lory dan Osal bersorak kegirangan, lama mereka tidak bertemu.

Bibi menyambut mereka dengan senyum yang mengembang.

"Mari, Kak masuk, pasti kalian sudah lelah sekali," tutur Bibi sambil menyalami Kakak dan keponakannya.

 

Jakarta, Rabu 17 Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun