Pak Hery turun kemudian menggendong Osal yang masih tidur. Mereka melangkah masuk ke restauran. Di bagian tengah ada meja yang kosong mereka duduk di sana. Bu Lia meraih kertas menu yang ada di meja makan, lalu menyodorkanya kepada pelayan restauran. Sembari menunggu makanan datang Bu Lia membawa anak-anak ke kamar kecil. Usai dari kamar kecil merka kembali ke meja makan, ternyata makanan sudah terhidang. Perjalanan menuju Palembang masih jauh, mereka singgah di rumah kakak iparnya.Â
"Ma, lama sekali sampainya, Lory sudah tidak sabar bertemu Bang Jotan dan Bibi," sambung Lory.
"Ya, Kak kemacetan kemarin itu yang membuat kita lama sampainya, semoga nanti perjalanan kita lancar," jawab Bu Lia menghibur.
Osal yang berusia tiga tahun belum bisa makan sendiri, dia harus disuapi oleh Bu Lia. Agar Osal lebih cepat makannya. Lory sudah pintar makan sendiri, dia sudah kelas satu. Usai makan mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Bibi.
"Ayo anak-anak kita ke mobil lagi, ya! " kata Bu Lia.
Pak Hery melajukan mobilnya setelah semua sudah masuk dan tidak ada yang tertinggal di restauran. Lory dan Osal meraih mainan yang ada di dalam kotak. Sembari tertawa mereka asyik bermain boneka. Sepanjang perjalanan masih terlihat hamparan sawah yang luas. Padi yang hampir menguning membuat para petani bersemangat menghalau burung yang hinggap. Di tengah sawah mereka memasang orang-orangan dengan tali panjang dan kaleng yang bergantungan.
"Ma, lihat kok ada patung di tengah sawah?" tanya Lory heran.
"Patung orang-orangan itu digunakan untuk mengusir burung-burung yang hinggap ingin memakan padinya Kak," jawab Bu Lia.
"Oh, begitu ya, Ma."
Pemandangan sawah yang sedang menguning sangat menyenangkan. Terbayang para petani saat menanti panennya. Lelah selama ini dan teriknya mentari juga hujan yang menerpa berganti suka cita.
Dengan melajunya mobil, pemandangan sawah telah jauh teringgal. Target untuk sampai di Palembang Pak Hery mempercepat mobilnya.