Awal tahun 1970
Seorang laki-laki berusia duapuluh tahunan memasuki sebuah toko roti yang baru saja dibuka untuk pertama kalinya. Toko roti itu cukup ramai karena merupakan toko roti pertama yang dibuka di daerah tersebut.
Seorang gadis belasan tahun dengan dua buah kucir di rambutnya menyapa lelaki muda tersebut dengan bahasanya yang lugu "Beli apa,pak?". Lelaki tersebut menunjuk kearah sebuah roti yang berlapis coklat di atasnya sambil mengacungkan kedua jarinya kemudian menyerahkan uang secukupnya. Setelah menerima kedua roti berlapis coklat yang diberikan gadis kecil itu, lelaki tersebut tersenyum, dan tanpa berkata sepatah katapun, ia pergi berlalu.
Sejak hari itu, lelaki itu rutin berkunjung untuk mencari roti yang sama, roti yang dilapisi coklat diatasnya, dan seperti biasa, tanpa sepatah kata yang keluar, hanya seulas senyum seraya menunjuk roti coklatnya, mengacungkan kedua jarinya kemudian memberikan sejumlah uang sebagai pembayar dan berlalu. Sang gadis kecil pun selalu melakukan hal yang sama, tersenyum menatap kepergian lelaki tersebut keluar pintu, lalu berlari ke ibunya untuk menyerahkan uang pembayaran dan kembali melayani tamu yang berkunjung.
Pertengahan tahun 1973
Ditengah gerimis sore itu, pintu toko roti terbuka, lelaki itu masuk, menutup payung yang dibawanya. Kali ini ia tidak sendiri, ada seorang gadis di belakangnya, tampak kikuk dan malu-malu. Wajah lelaki ini tampak lebih bersahabat, namun seperti biasa, ia hanya tampak berbisik kepada sang gadis yang datang bersamanya, kemudian menunjuk ke roti berlapis coklat, mengacungkan angka tiga dengan jarinya, lalu meletakkan uang di atas meja. Dan sang gadis penjaga rotipun segera menyerahkan ketiga roti berlapis coklat serta uang kembali sambil tersenyum. Namun kali ini ada hal yang berbeda, lelaki tersebut tersenyum bersahabat kepada sang gadis roti sambil mengedipkan sebelah matanya, lalu menggandeng mesra gadis yang datang bersamanya, kemudian berlalu dibawah gerimis hari itu.
Pertengahan tahun 1974
Hari itu merupakan hari kesekian dari soft opening pengembangan toko roti tersebut. Toko roti tersebut kini memiliki teras yang cukup luas sehingga cukup banyak meja kecil dan kursi yang dapat digunakan oleh para pelanggannya untuk makan dan minum.
Gadis kecil yang kini beranjak dewasa sedang mengantar roti ke salah satu tamu ketika lelaki tersebut datang bersama seorang wanita hamil besar, mereka mengambil salah satu meja dipojok ruangan.
"Selamat sore,pak!Seperti biasa?Tiga roti coklat?",tanya sang gadis roti ramah.
"Oh iya,kita makan disini saja,saya minta teh hangat ya,Ci! Papa mau minum apa?"sahut wanita hamil tersebut. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun berkunjung ke toko roti tersebut, lelaki itu bersuara, suara yang tak akan dilupakan sang gadis roti. Mungkin.
"Saya minta secangkir kopi, ehm...cukup 2 sendok kecil kopi bubuk dengan 1¼ sendok besar gula, jangan terlalu panas tapi jangan terlalu dingin.". Gadis roti tersebut tersenyum, mengangguk dan sebelum berlalu dia bertanya kepada si wanita hamil,"Selamat ya,mbak!Kapan waktunya,mbak?".
"Mudah-mudahan bulan depan,Ci!"jawab wanita hamil tersebut. Dan gadis roti pun segera berlalu mengambil pesanan.
Pertengahan tahun 1977
Waktu terus berjalan, toko roti semakin luas dan nyaman. Gadis kecil toko roti kini telah menjadi wanita muda pemilik toko menggantikan ayah dan ibunya yang dulu menemaninya.
Lelaki tersebut datang lagi, menuntun seorang bocah berumur 2 tahunan yang berjalan tertatih-tatih sementara sang istri berjalan menggendong bayi perempuan yang baru dilahirkannya awal tahun ini.
"Wah, lama tidak datang,pak!Pesan apa hari ini?". Sang istri menjawab sambil tertawa,"Seperti biasa dech,Ci.". Gadis toko roti tersenyum,"3 roti lapis coklat, 1 teh hangat dan secangkir kopi dengan 2 sendok kecil kopi, 1¼ sendok besar gula, tidak terlalu panas tapi tidak terlalu dingin.". Lelaki tersebut tersenyum dan mengangguk.
Tahun 1983
Gadis toko roti kini sudah menikah. Ia berada di balik meja kasir di sore menjelang malam hari itu ketika pintu tokonya terbuka, seorang bocah berpakaian SD swasta masuk mendahului lelaki yang tengah menggendong putrinya. Lelaki tersebut meletakkan putrinya disalah satu kursi dan meminta anaknya laki-laki untuk menjaga adiknya. Kemudian ia menuju etalase roti, tersenyum kepada gadis toko, mengacungkan empat jarinya sambil menunjuk ke arah roti lapis coklat, lalu menunjuk gambar susu coklat seraya mengacungkan dua jarinya. Tidak banyak bicara. Seperti dulu.
Lelaki itu baru saja hendak kembali ke meja dimana kedua anaknya berada ketika gadis toko roti itu bertanya,"Bapak,minum apa hari ini?". Lelaki tersebut berbalik dan tersenyum, mengedipkan mata tapi tidak berkata apa-apa dan kembali menuju ke tempat dimana kedua anaknya berada. Tidak lama kemudian sang gadis toko telah datang dengan baki berisi 4 roti coklat, 2 gelas susu coklat dan tentu saja, secangkir kopi yang dibuat dari 2 sendok kecil kopi bubuk, 1¼ sendok besar gula, tidak terlalu panas namun juga tidak terlalu dingin.
Selang beberapa saat lelaki tersebut mengeluarkan uang, menyerahkan uang tersebut kepada anaknya laki-laki dan menggendong putrinya lalu melangkah mendekati pintu keluar, menunggu sambil menatap anaknya laki-laki yang bergegas menuju sang gadis toko roti yang berada di balik meja kasir untuk membayar.
Saat menerima uang pembayaran dari sang bocah, gadis toko roti itu ramah berkata, "Aduh pinternya, mamanya mana?". Senyum sang bocah sirna dari wajahnya, berpaling dan berlalu dari hadapan sang gadis toko roti tersebut. Wajah lelaki di depan pintu meredup, menarik nafas panjang, melangkah berat menuju meja kasir dan berkata dengan suara yang terdengar bagai bisikan, "Ibunya meninggal tahun lalu,Ci", kemudian lelaki tersebut melangkah keluar pintu, mengusap kepala anaknya yang termangu di luar pintu dan hilang di tengah malam hari itu. Tinggallah sang gadis roti dengan air mata mengembang, menyesali keramahannya.
Januari 1988
Bocah berseragam SMP berlari memasuki toko roti di tengah siang yang panas. Seorang pelayan toko segera menghampirinya. Si bocah menyerahkan uang yang tadi diremasnya sepanjang perjalanan ke toko roti dan menunjuk ke roti lapis coklat, sambil mengacungkan jarinya, dua! Namun sesaat kemudian pelayan toko itu mengembalikan uang sang bocah dan mengatakan bahwa uang yang dibawa oleh bocah tersebut tidaklah cukup untuk membeli 2 buah roti lapis coklat yang diinginkannya. Sang bocah lemas. Ia telah lemas berlari namun terlebih lemas setelah menyadari bahwa ia tidak bisa mendapatkan roti sesuai dengan jumlahnya.
"Eh,adik, ada apa?". Suara sang gadis roti! Sang bocah mengangkat wajahnya dan mengatur nafasnya sambil menatap sang pelayan toko yang saat itu tengah menjelaskan keadaan kepada sang gadis toko roti tersebut.
Sang gadis toko roti membungkukkan badan, melihat wajah sang bocah yang menahan lelah dan tangis. "Ada apa,dik?". Dengan sesunggukan sang bocah mencoba tegar menjawab,"Ci, papa sakit keras di RSPAD Gatot Subroto", bocah itu berhenti mengambil napas dan terengah melanjutkan,"papa bilang.....umur papa tidak akan lama lagi,....tadi pagi papa ingin makan roti lapis coklat, tapi tidak ada keluarga selain saya,...oleh karena itu saya kesini sendiri", bocah tersebut diam sejenak dan melanjutkan dengan lirih,"..tetapi saya tidak tahu kalau uang saya kurang...sungguh saya tidak tahu..." dan bocah itu terduduk lemas di lantai, lututnya tertekuk, badannya lunglai tersandar di dinding, kepalanya jatuh tertunduk tak bertenaga, dari matanya mengalir air bening yang sedari tadi berusaha ditahannya.
Sang gadis toko roti tertegun menutup mulutnya dengan kedua tangannya, tak lama..., lalu tersentak ia berdiri dan berlari, mengambil sebuah kotak besar dan mengisinya dengan roti lapis coklat sampai kotak tersebut penuh oleh roti coklat. Ia mengambil uang bocah tersebut dari tangan pelayannya dan mengembalikannya kepada bocah tersebut. "Pulanglah...bawa roti ini ke papa...cepat...cepat..jangan terlambat...". Bocah itu melihat air mata di wajah sang gadis toko roti.....air mata yang tidak akan pernah dilupakannya....dan ia pun berlari semampunya...
Desember 2000
Toko roti tersebut agak lengang sore hari itu, mungkin karena gerimis di luar sana. Beberapa pasang muda-mudi sedang asyik bercerita sambil menikmati makanan dan minuman di hadapan mereka.
Seorang lelaki muda memasuki toko roti tersebut. Mengambil sebuah tempat duduk di pojok ruangan yang sangat dikenalnya dahulu. Lelaki muda itu melepas jaket birunya dan menyampirkannya ke kursi, lalu ia melepas topi hitamnya yang bertulis "CHOPPER" dan meletakkannya di atas meja. Lelaki muda itu duduk tanpa berusaha memanggil pelayan yang tampak memang sedang sibuk melayani tamu yang lain. Lelaki itu hanya duduk sambil menikmati lagu yang diputar dengan suara perlahan di toko roti tersebut.
Lelaki muda itu baru saja akan berdiri menuju etalase toko roti tersebut ketika seorang wanita separuh baya berusia 40 tahunan berdiri sekitar 6 langkah dihadapannya. Wanita itu, sang gadis toko roti itu menatap lelaki muda itu, termangu tak percaya. Daftar menu ditangannya hampir terjatuh. Lelaki muda itu berdiri dari tempat duduknya, mengangguk penuh hormat, mengambil napas sejenak, dan dengan suara ragu perlahan ia berkata,"Ci, saya minta 2 roti lapis coklat dan secangkir kopi..." namun sebelum kata-katanya habis, wanita itu menyahut," kopi dengan 2 sendok kecil kopi, 1¼ sendok besar gula, tidak terlalu panas tapi tidak terlalu dingin.....saya tahu...saya selalu tahu..". Wanita itu meneteskan air mata, air mata yang tidak pernah dilupakan oleh lelaki muda itu sejak pertemuan terakhirnya belasan tahun yang lalu. Wanita itu melangkah memeluk lelaki muda itu, menangis. Lelaki itu tak tahu harus berlaku apa, cuma berdiri mematung dan hanya mampu berkata,"Papa meninggal 3 hari setelah hari itu,Ci." lalu lanjutnya berbisik,"Saya kemari untuk membayar hutang roti papa waktu itu!". Wanita toko roti itu menggelengkan kepalanya. Tangisannya bertambah keras. Lelaki muda itu hanya diam, namun air mata mengembang memenuhi matanya. Sementara suara musik terus lembut mengalun.......
Suatu waktu di tahun 2003
Sebuah mobil Lancer hijau berhenti di tepi jalan, kaca kiri mobil tersebut turun perlahan. Lelaki muda didalamnya melepaskan kacamata hitam "flyers" yang dikenakannya. Menatap ke suatu tempat yang dulu sangat dikenalnya. Setelah cukup, ia menggunakan kacamatanya kembali, menaikkan window kirinya dan melanjutkan perjalanannya.
RSÂ Harjolukito, Yogyakarta, 24 Maret 2007
Seorang lelaki berusia 30 tahunan terbaring di kamar isolasi akibat penyakit thypus yang dideritanya. Di lengan kirinya melekat jarum infus yang sudah 3 hari membatasi gerakannya. Tidak ada seorangpun menemaninya saat itu, kecuali sebuah notebook Acer Aspire 3004NLCI yang selalu setia menemaninya kemanapun ia pergi.
Dimejanya, terdapat 2 buah roti lapis coklat yang diberikan kawan-kawan yang berkunjung tadi malam. Roti coklat itu! Roti itu telah membangkitkan kenangannya akan masa lalu. Lalu iapun mengambil notebooknya. Tangannya mulai menari di atas keyboard. Ia terus mengetik dan mengetik tanpa memperdulikan darah yang merambat naik melalui jarum infusnya. Dan ia pun mulai bercerita. Cerita tentang toko roti.
Penutup-Sebuah doa untuk Papa
Dear, God
Tuhan yang baik, terima kasih untuk hari yang kau berikan, juga untuk roti coklat ini...
Saya tidak akan bertanya tentang keadaan papa karena saya yakin dia bahagia di samping-Mu.
Tolong sampaikan pesan saya kepada papa... bahwa gambar peta yang dia gambarkan masih kurang tepat karena toko roti itu berada pada tikungan yang kedua dan bukan pada tikungan yang pertama,...sampaikan bahwa nomor bus yang disebutkan pun salah sehingga saya harus berjalan cukup jauh untuk kembali ke jalan yang seharusnya sehingga saya terlambat kembali ke rumah sakit saat itu, katakan pula padanya bahwa uang yang ia berikan kurang,....mungkin karena kenaikan harga roti yang berbeda dari saat terakhir kami bersama ke sana saat itu.... sampaikan pula bahwa toko roti tersebut kini sudah tidak ada.
Terima kasih Tuhan. Amin.
( Oh ya Tuhan, apakah di surga ada roti lapis coklat dan secangkir kopi dengan 2 sendok kecil kopi, 1¼ sendok besar gula, yang tidak terlalu panas tapi juga tidak terlalu dingin? :) )
I love you,Papa
your only son
Selesai. Yogyakarta, Sabtu, 24 Maret 2007 jam 15:18 wib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H