Mohon tunggu...
Sedwi Panca
Sedwi Panca Mohon Tunggu... -

...suka dengan keindahan...mengamati dan mencoba membaginya kepada semua...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Just An Old Story: Cerita Toko Roti

5 April 2010   01:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:59 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Januari 1988

Bocah berseragam SMP berlari memasuki toko roti di tengah siang yang panas. Seorang pelayan toko segera menghampirinya. Si bocah menyerahkan uang yang tadi diremasnya sepanjang perjalanan ke toko roti dan menunjuk ke roti lapis coklat, sambil mengacungkan jarinya, dua! Namun sesaat kemudian pelayan toko itu mengembalikan uang sang bocah dan mengatakan bahwa uang yang dibawa oleh bocah tersebut tidaklah cukup untuk membeli 2 buah roti lapis coklat yang diinginkannya. Sang bocah lemas. Ia telah lemas berlari namun terlebih lemas setelah menyadari bahwa ia tidak bisa mendapatkan roti sesuai dengan jumlahnya.

"Eh,adik, ada apa?". Suara sang gadis roti! Sang bocah mengangkat wajahnya dan mengatur nafasnya sambil menatap sang pelayan toko yang saat itu tengah menjelaskan keadaan kepada sang gadis toko roti tersebut.

Sang gadis toko roti membungkukkan badan, melihat wajah sang bocah yang menahan lelah dan tangis. "Ada apa,dik?". Dengan sesunggukan sang bocah mencoba tegar menjawab,"Ci, papa sakit keras di RSPAD Gatot Subroto", bocah itu berhenti mengambil napas dan terengah melanjutkan,"papa bilang.....umur papa tidak akan lama lagi,....tadi pagi papa ingin makan roti lapis coklat, tapi tidak ada keluarga selain saya,...oleh karena itu saya kesini sendiri", bocah tersebut diam sejenak dan melanjutkan dengan lirih,"..tetapi saya tidak tahu kalau uang saya kurang...sungguh saya tidak tahu..." dan bocah itu terduduk lemas di lantai, lututnya tertekuk, badannya lunglai tersandar di dinding, kepalanya jatuh tertunduk tak bertenaga, dari matanya mengalir air bening yang sedari tadi berusaha ditahannya.

Sang gadis toko roti tertegun menutup mulutnya dengan kedua tangannya, tak lama..., lalu tersentak ia berdiri dan berlari, mengambil sebuah kotak besar dan mengisinya dengan roti lapis coklat sampai kotak tersebut penuh oleh roti coklat. Ia mengambil uang bocah tersebut dari tangan pelayannya dan mengembalikannya kepada bocah tersebut. "Pulanglah...bawa roti ini ke papa...cepat...cepat..jangan terlambat...". Bocah itu melihat air mata di wajah sang gadis toko roti.....air mata yang tidak akan pernah dilupakannya....dan ia pun berlari semampunya...

Desember 2000

Toko roti tersebut agak lengang sore hari itu, mungkin karena gerimis di luar sana. Beberapa pasang muda-mudi sedang asyik bercerita sambil menikmati makanan dan minuman di hadapan mereka.

Seorang lelaki muda memasuki toko roti tersebut. Mengambil sebuah tempat duduk di pojok ruangan yang sangat dikenalnya dahulu. Lelaki muda itu melepas jaket birunya dan menyampirkannya ke kursi, lalu ia melepas topi hitamnya yang bertulis "CHOPPER" dan meletakkannya di atas meja. Lelaki muda itu duduk tanpa berusaha memanggil pelayan yang tampak memang sedang sibuk melayani tamu yang lain. Lelaki itu hanya duduk sambil menikmati lagu yang diputar dengan suara perlahan di toko roti tersebut.

Lelaki muda itu baru saja akan berdiri menuju etalase toko roti tersebut ketika seorang wanita separuh baya berusia 40 tahunan berdiri sekitar 6 langkah dihadapannya. Wanita itu, sang gadis toko roti itu menatap lelaki muda itu, termangu tak percaya. Daftar menu ditangannya hampir terjatuh. Lelaki muda itu berdiri dari tempat duduknya, mengangguk penuh hormat, mengambil napas sejenak, dan dengan suara ragu perlahan ia berkata,"Ci, saya minta 2 roti lapis coklat dan secangkir kopi..." namun sebelum kata-katanya habis, wanita itu menyahut," kopi dengan 2 sendok kecil kopi, 1¼ sendok besar gula, tidak terlalu panas tapi tidak terlalu dingin.....saya tahu...saya selalu tahu..". Wanita itu meneteskan air mata, air mata yang tidak pernah dilupakan oleh lelaki muda itu sejak pertemuan terakhirnya belasan tahun yang lalu. Wanita itu melangkah memeluk lelaki muda itu, menangis. Lelaki itu tak tahu harus berlaku apa, cuma berdiri mematung dan hanya mampu berkata,"Papa meninggal 3 hari setelah hari itu,Ci." lalu lanjutnya berbisik,"Saya kemari untuk membayar hutang roti papa waktu itu!". Wanita toko roti itu menggelengkan kepalanya. Tangisannya bertambah keras. Lelaki muda itu hanya diam, namun air mata mengembang memenuhi matanya. Sementara suara musik terus lembut mengalun.......

Suatu waktu di tahun 2003

Sebuah mobil Lancer hijau berhenti di tepi jalan, kaca kiri mobil tersebut turun perlahan. Lelaki muda didalamnya melepaskan kacamata hitam "flyers" yang dikenakannya. Menatap ke suatu tempat yang dulu sangat dikenalnya. Setelah cukup, ia menggunakan kacamatanya kembali, menaikkan window kirinya dan melanjutkan perjalanannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun