RSÂ Harjolukito, Yogyakarta, 24 Maret 2007
Seorang lelaki berusia 30 tahunan terbaring di kamar isolasi akibat penyakit thypus yang dideritanya. Di lengan kirinya melekat jarum infus yang sudah 3 hari membatasi gerakannya. Tidak ada seorangpun menemaninya saat itu, kecuali sebuah notebook Acer Aspire 3004NLCI yang selalu setia menemaninya kemanapun ia pergi.
Dimejanya, terdapat 2 buah roti lapis coklat yang diberikan kawan-kawan yang berkunjung tadi malam. Roti coklat itu! Roti itu telah membangkitkan kenangannya akan masa lalu. Lalu iapun mengambil notebooknya. Tangannya mulai menari di atas keyboard. Ia terus mengetik dan mengetik tanpa memperdulikan darah yang merambat naik melalui jarum infusnya. Dan ia pun mulai bercerita. Cerita tentang toko roti.
Penutup-Sebuah doa untuk Papa
Dear, God
Tuhan yang baik, terima kasih untuk hari yang kau berikan, juga untuk roti coklat ini...
Saya tidak akan bertanya tentang keadaan papa karena saya yakin dia bahagia di samping-Mu.
Tolong sampaikan pesan saya kepada papa... bahwa gambar peta yang dia gambarkan masih kurang tepat karena toko roti itu berada pada tikungan yang kedua dan bukan pada tikungan yang pertama,...sampaikan bahwa nomor bus yang disebutkan pun salah sehingga saya harus berjalan cukup jauh untuk kembali ke jalan yang seharusnya sehingga saya terlambat kembali ke rumah sakit saat itu, katakan pula padanya bahwa uang yang ia berikan kurang,....mungkin karena kenaikan harga roti yang berbeda dari saat terakhir kami bersama ke sana saat itu.... sampaikan pula bahwa toko roti tersebut kini sudah tidak ada.
Terima kasih Tuhan. Amin.
( Oh ya Tuhan, apakah di surga ada roti lapis coklat dan secangkir kopi dengan 2 sendok kecil kopi, 1¼ sendok besar gula, yang tidak terlalu panas tapi juga tidak terlalu dingin? :) )
I love you,Papa