Mohon tunggu...
Sedwi Panca
Sedwi Panca Mohon Tunggu... -

...suka dengan keindahan...mengamati dan mencoba membaginya kepada semua...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Just An Old Story: Cerita Toko Roti

5 April 2010   01:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:59 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Saya minta secangkir kopi, ehm...cukup 2 sendok kecil kopi bubuk dengan 1¼ sendok besar gula, jangan terlalu panas tapi jangan terlalu dingin.". Gadis roti tersebut tersenyum, mengangguk dan sebelum berlalu dia bertanya kepada si wanita hamil,"Selamat ya,mbak!Kapan waktunya,mbak?".

"Mudah-mudahan bulan depan,Ci!"jawab wanita hamil tersebut. Dan gadis roti pun segera berlalu mengambil pesanan.

Pertengahan tahun 1977

Waktu terus berjalan, toko roti semakin luas dan nyaman. Gadis kecil toko roti kini telah menjadi wanita muda pemilik toko menggantikan ayah dan ibunya yang dulu menemaninya.

Lelaki tersebut datang lagi, menuntun seorang bocah berumur 2 tahunan yang berjalan tertatih-tatih sementara sang istri berjalan menggendong bayi perempuan yang baru dilahirkannya awal tahun ini.

"Wah, lama tidak datang,pak!Pesan apa hari ini?". Sang istri menjawab sambil tertawa,"Seperti biasa dech,Ci.". Gadis toko roti tersenyum,"3 roti lapis coklat, 1 teh hangat dan secangkir kopi dengan 2 sendok kecil kopi, 1¼ sendok besar gula, tidak terlalu panas tapi tidak terlalu dingin.". Lelaki tersebut tersenyum dan mengangguk.

Tahun 1983

Gadis toko roti kini sudah menikah. Ia berada di balik meja kasir di sore menjelang malam hari itu ketika pintu tokonya terbuka, seorang bocah berpakaian SD swasta masuk mendahului lelaki yang tengah menggendong putrinya. Lelaki tersebut meletakkan putrinya disalah satu kursi dan meminta anaknya laki-laki untuk menjaga adiknya. Kemudian ia menuju etalase roti, tersenyum kepada gadis toko, mengacungkan empat jarinya sambil menunjuk ke arah roti lapis coklat, lalu menunjuk gambar susu coklat seraya mengacungkan dua jarinya. Tidak banyak bicara. Seperti dulu.

Lelaki itu baru saja hendak kembali ke meja dimana kedua anaknya berada ketika gadis toko roti itu bertanya,"Bapak,minum apa hari ini?". Lelaki tersebut berbalik dan tersenyum, mengedipkan mata tapi tidak berkata apa-apa dan kembali menuju ke tempat dimana kedua anaknya berada. Tidak lama kemudian sang gadis toko telah datang dengan baki berisi 4 roti coklat, 2 gelas susu coklat dan tentu saja, secangkir kopi yang dibuat dari 2 sendok kecil kopi bubuk, 1¼ sendok besar gula, tidak terlalu panas namun juga tidak terlalu dingin.

Selang beberapa saat lelaki tersebut mengeluarkan uang, menyerahkan uang tersebut kepada anaknya laki-laki dan menggendong putrinya lalu melangkah mendekati pintu keluar, menunggu sambil menatap anaknya laki-laki yang bergegas menuju sang gadis toko roti yang berada di balik meja kasir untuk membayar.

Saat menerima uang pembayaran dari sang bocah, gadis toko roti itu ramah berkata, "Aduh pinternya, mamanya mana?". Senyum sang bocah sirna dari wajahnya, berpaling dan berlalu dari hadapan sang gadis toko roti tersebut. Wajah lelaki di depan pintu meredup, menarik nafas panjang, melangkah berat menuju meja kasir dan berkata dengan suara yang terdengar bagai bisikan, "Ibunya meninggal tahun lalu,Ci", kemudian lelaki tersebut melangkah keluar pintu, mengusap kepala anaknya yang termangu di luar pintu dan hilang di tengah malam hari itu. Tinggallah sang gadis roti dengan air mata mengembang, menyesali keramahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun