Mohon tunggu...
Kak Ian
Kak Ian Mohon Tunggu... -

Paling benci dengan pembully dan juga benci dengan orang-orang yang dengki sama orang yang sukses. Karena mereka adalah penjahat yang nyata!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu dan Es Krim yang Mengembalikan Ingatannya pada Kenangan

3 Oktober 2017   18:02 Diperbarui: 3 Oktober 2017   18:38 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tapi belum usai saya mengakhiri ucapan saya saat itu. Mendadak Ibu datang. Ia keluar dari kamar. Lalu mata tuanya mengamati kami; anak-anaknya yang sedang kompromi di ruang tamu.

Saat itu kami langsung mmbeku. Menunggu Ibu ingin bicara apa pada kami saat itu.

"Kalian tidak perlu repot-repot mengurusiku! Aku sudah punya pilihan. Besok tolong antarkan aku ke panti jompo Nusantara. Aku lebih rela jika aku ada di sana ketimbang aku dirawat dan dijaga anak-anakku. Karena kalian sudah menganggapku sebagai benda yang tidak berguna di rumah ini! Hanya membuat kalian susah dan direpotkan oleh orangtua bangka ini!" ucap lantang Ibu saat melihat kami menunduki kepala masing-masing karena ucapan Ibu yang bagai silet saat itu.

Kami lagi-lagi tersudut. Lalu kaku di ruang tamu. Usai itu Ibu langsung meninggalkan kami kmbali ke kamarnya.

Brakkk...!!

Terdengar bunyi pintu kamar dibanting Ibu.

Kami kaget. Langsung saat itu beradu pandang. Saya langsung menyusul Ibu. Tapi sebelum saya menyusuli Ibu tetiba kaki saya menyenggol album tua.

"Bukankah ini album Ibu dan Ayah!" pikir saya.

Lalu saya melihat album itu. Saya terkesiap ketika melihat poto-poto Ibu pada masa mudanya bersama Ayah.

Ya, di sana saya melihat Ibu selalu memakan es krim bila sedang berduaan bersama Ayah semasa mudanya dulu. Ibu ternyata sudah sejak muda menyukai es krim.

Lalu apakah karena ini Ibu kembali menyukai es krim? Saya kembali menatap nanar album tua itu kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun