Mohon tunggu...
Rahman Seblat
Rahman Seblat Mohon Tunggu... wiraswasta -

seorang pekerja lepas, dengan latar belakang pendidikan seni rupa. selain menjadi tukang ndesain lepas, kadang2 ngelukis dan ngeblog. bersama beberapa teman membuat komunitas RTJ (Rumah Tanpa Jendela) Komunitas pendampingan berbasis seni dan kreativitas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Taman Bercahaya

21 Juli 2013   18:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:14 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“kamu harus pulang, le?” kali ini suara perempuan itu terdengar tegas.

Tangannya tiba-tiba diletakkan di kepalaku, lalu aku seperti  jatuh melayang.
Di bawah kulihat tubuhku rebah di pinggir jalan, dikerumuni banyak orang.

Aku jatuh tepat diatas tubuhku sendiri.

Lalu semua gelap

#

Saat tersadar aku masih dalam kerumunan.
Mataku kali ini silau oleh matahari yang terik menyengat diatas kepalaku.
Lalu aku mencoba berdiri,  dengan kepala yang terasa berdenyut.
Beberapa orang membantu aku bangun. Orang-orang berteriak saat tahu aku tersadar.
Sepontan ada yang menyodorkan minuman kepadaku.
Tetapi aku menolak. Hari ini aku puasa.

Lalu kuperhatikan sekujur tubuhku.
Tak ada luka yang parah.
hanya kepalaku yang terasa sangat pusing.
Juga darah yang terasa dingin di bagian belakang kepala.

Beberapa orang membujukku untuk dibawa ke rumah sakit.

Tetapi aku tidak mau.
Aku ingin segera pulang untuk  bertemu ayah.

menceritakan pengalamanku barusan

#

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun