Mohon tunggu...
Rahman Seblat
Rahman Seblat Mohon Tunggu... wiraswasta -

seorang pekerja lepas, dengan latar belakang pendidikan seni rupa. selain menjadi tukang ndesain lepas, kadang2 ngelukis dan ngeblog. bersama beberapa teman membuat komunitas RTJ (Rumah Tanpa Jendela) Komunitas pendampingan berbasis seni dan kreativitas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Taman Bercahaya

21 Juli 2013   18:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:14 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

tangan kirinya terlihat masih memegang buah yang terlihat tinggal  setengah.
melihat aku yang menatap buah di tangannya, perempuan itu berkata”kamu lapar ya?”
aku mengangguk malu.

“itu buah apa nek?” aku asal memanggil perempuan itu nenek, karena memang terlihat sudah berumur.
Wajahnya seperti tak asing dimataku.

“ini adalah buah yang tumbuh dari doa” kata si nenek

“Dari doa?” tanyaku

“Iya, dari doa anak cucuku yang sedarah denganku. Termasuk doamu “ kata si nenek sambil memandang buah kemerahan di tangannya. Kemudian ia berkata lagi, " buah yang berwarna kebiruan itu.
Itu buah yg tumbuh dari ilmu yang diamalkan. Saat aku masih di dunia dulu, aku tak segan berbagi ilmu. Karena itu sampai sekarang, selama ilmu itu masih diamalkan, ia akan menjelma buah berwarna biru itu.

"Lalu buah yang berwarna kuning itu darimana nek?" aku mulai berani bertanya, tanpa takut seperti tadi.

"Itu buah dari harta yang di sedekahkan saat di dunia. Amal jariyah akan menjelma buah berwarna kuning itu," jawab nenek.

kali ini aku berani menatap agak lama ke wakah perempuan itu.
Wajahnya mirip ayah, terutama hidung dan tirus wajahnya.
Ya, ayah selama ini mengajarkanku doa-doa.

doa yang terkirim buat semua leluhur yang dianggap sedarah. Karena menurut keyakinan ayah, doa kita akan sampai ke seluruh saudara asalkan sedarah.

Jadi ini hasilnya.

Doa itu menjelma buah-buahan di pohon yang tumbuh di taman cahaya.
Lalu buah itu menjadi makanan para penghuninya. Juga ilmu yang diamalkan, dan harta yang di sedekahkan. "Hmmm..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun