Mohon tunggu...
Sebastianus Tito Kurniawan
Sebastianus Tito Kurniawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - tito

seorang manusia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Sebuah Jam Weker Digital

4 April 2022   11:50 Diperbarui: 4 April 2022   12:06 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kejadian sial selalu terjadi kembali padaku. 

"Hoaam..." gumamku saat dalam perjalanan pulang sekolah. 

Namaku Dab dan aku berumur  17 tahun. Entah apa yang orangtuaku pikirkan saat memberiku nama. 

Aku selalu berpikir , "Aku bahkan lebih pantas dipanggil Bad, karena aku orang buruk yang paling tidak beruntung." 

Kedua orangtuaku meninggal dalam kecelakaan saat usiaku 2 tahun. Nenekku yang mengasuhku dari kecil juga telah meninggal 2 bulan lalu. Kini, aku akutinggal sendiri di dalam sebuah kos yang terpencil. Satu-satunya alasan aku memilih kos itu, adalah harganya yang cukup murah. Namun, ibu kos yang bernama Lusi itu tidaklah ramah. Ia jarang berkomunikasi, hanya mementingkan uang bulaan, dan seakan tidak mempedulikan kami yang ngekos di sana. Terlebih lagi, aku harus menjalani rutinitas yang membosankan dan sekaligus melelahkan, yaitu sekolah. Tak sampai di situ, guru di sekolahku tak kalah menyebalkan. Ia sering kali memaki dan menghukum murid-muridnnya, meskipun hanya membuat sedikit kesalahan. 

Inilah kehidupanku,"Rasanya ingin menghilang saja dari dunia yang menyebalkan ini."

Sesudah pulang dari sekolah, aku memutuskan untuk singgah sejenak di sebuah toko barang bekas untuk membeli jam weker. Aku membutuhkan jam itu karena jam weker di kamarku sudah rusak. 

"Permisi..." ucapku ketika memasuki toko yang berbau khas itu.

"Silahkan, mau mencari apa?" tanya seorang lelaki tinggi dan kurus, yang tangannya dipenuhi tato. 

"Aku ingin mencari jam weker untuk kamarku", Jawabku. 

Lelaki itu memberiku sebuah kotak yang di dalamnya berisi sebuah jam weker  yang masih sangat bagus. 

"Darimana kau mendapatkan jam ini? Orang seperti apa yang menjual atau bahkan membuang jam sebagus ini?"

lelaki itu mulai bercerita "Aku mendapatkannya dari seorang lelaki tua, entah mengapa ia datang lalu memberikan jam ini secara gratis padaku. Jika kamu mau, aku bisa memberi padamu dengan harga murah." 

Aku merasa sangat senang 

"Terima kasih pak...", ucapku sembari membawa jam itu pulang.

Sesampainya di rumah, aku segera memikirkan tempat teristimewa untuk jam itu. 

"Jika aku taruhjam di samping tempat tidurku, aku akan selalu melihatnya, sehingga aku tidak akan lupa waktu." Pikirku saat itu. 

Aku pun tertidur karena hari sudah gelap. 

Ketika aku bangun kembali, aku melihat jam itu dan terkejut, "Astaga... sudah pukul 07:07!!!"

Aku segera bangkit dari tempat tidur dan segera mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah yang akan dimulai pukul 07:20. Mungkin, aku sudah mengetahui apa yang akan terjadi ketika aku terlambat nanti. Guru itu akan memakiku, tidak memperbolehkanku masuk kelas, membersihkan kamar mandi, ataulah apa yang akan ia lakukan terhadapku. 

Seperti dugaanku, aku terlambat karena perjalanan yang tidaklah lancar.

"Tok-tok-tok", suara pintu kelas yang ku ketuk, yang di dalamnya telah ada guru yang paling aku hindari. 

"Maaf bu, saya terlambat", ucapku dengan nada memelas. 

Namun, semua sangat berbeda dengan apa yang aku banyangkan. Guru itu memberiku izin untuk masuk kelas. Bahkan, ia tidak memarahi atupun menghukumku.

" Huh... aku sangat beruntung. Mungkin hari ini adalah hari yang membahagiakan baginya, sehingga ia tidak ingin merubah kebahagiaan itu hanya dengan memarahi orang sepertiku", pikirku dalam hati.

Setelah pulang sekolah, aku segera menuju kosku. Di dalam kamarku, aku melihat jam weker itu.

"Wah... sudah pukul 14:14. Aku harus segera berangkat kerja."

Aku bekerja di sebuah cafe untuk menambah uang saku. Cafe itu tidak terlalu jauh dengan kosku. 

Sesampainya di sana, aku dihampiri boss tempatku bekerja. 

"Dab, aku tahu kau telah berusaha keras selama ini. Oleh karena itu, aku ingin kau menerima uang ini sebagai hasil dari usahamu dalam melayani cafe ini."

Aku sangat gembira kala itu.

Setelah pekerjaanku selesai, segeralah aku pulang. 

Sesampainya di kamar, aku kembali melihat jam itu,

"Pukul 20:20."

Aku mulai berpikir, "Mengapa setiap kali aku melihat jam inidengan angka kembar, aku selalu mendapat keberuntungan? Jika aku beruntung kali ini, benar dugaanku. Memang ada yang aneh dari jam ini."

Sesaat setelah itu,

"Tok-tok-tok", suara pintu kamarku yang dikrtuk. 

Ketikaaku membuka pintu, Bu Lusi telah berdiri di sana dengan membawa sebuah makanan. 

"Dab, ibu sering melihatmu pulang malam akhir-akhir ini. Ini ibu ada makanan lebih. Ibu sudah makan tadi, sehingga ibu sudah kenyang. Ini buat kamu saja." 

"Waduuh... terima kasih banyak bu. Kebetulan juga saya belum makan." Ucapku sembari menerima makanan itu. 

Setelah semua kejadian yang aku alami ini, mulai dari guruku yang menjadi baik, mendapat uang dari bossku, hingga Bu Lusi yang mendadak peduli padaku. Aku menjadi sangat yakin, jam weker ini pembawa keberuntungan, jika aku melihatnya dengan angka kembar. 

Setelah menyantap makanan pemberian Bu Lusi, aku langsung terlelap karena sangatlah lelah. 

Namun, terbangunlah aku di tengah malam. 

Ketika melihat jam weker itu,

"Wah... pukul 24:24", aku ingin tahu keberuntungan apa yang aku dapat nanti."

Namun, tak lama setelah itu aku tersadar.

"Loh... apakah aku salah lihat? TIDAK ADA PUKUL 24:24. Jika hari berganti, jam akan berubah menjadi 00:24."

Seketika itu, hawa menjadi dingin dan mencekam, sehingga bulu kudukku berdiri. 

Aku memberanikan diri untuk melahat kembali jam itu.

Namun, JAM ITU TELAH BERUBAH MENJADI ANGKA 666, lalu jam itu mati. 

Setelah beberapa saat, jam itu hidup kembali. Namun kali ini bukan berupa angka, melainkan huruf.

Jam weker itu betuliskan "DIE".

Aku menjadi semakin panik dan merinding, ketika melihat jejak-jejak kaki yang ada di atap-atap kamarku. 

Saat itu pula, terlihatlah sesosok hitam yang mengambil jam itu, lalu perlahan menuju ke arahku....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun