Mohon tunggu...
seandy lim
seandy lim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Teknik Biomedis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Internet sebagai Pemicu Minatnya Pembelajaran Budaya dan Bahasa Asing

12 Juni 2022   16:19 Diperbarui: 12 Juni 2022   16:43 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa merupakan aspek penting dalam berkomunikasi. Dengan bahasa, kita dapat mengerti apa yang ingin disampaikan orang lain dan juga apa yang ingin kita sampaikan ke orang lain. Keberadaan bahasa sendiri tidak lepas dari budaya masing-masing daerah sehingga tak heran bila ada banyak sekali jenis bahasa di dunia. 

Di Indonesia sendiri terdapat berbagai macam bahasa, seperti bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan lain sebagainya yang masing-masing memiliki ciri khas yang berdasarkan budaya masing-masing.

Keberagaman bahasa tersebut tentunya dapat mendorong seseorang untuk mempelajari berbagai macam bahasa agar dapat berkomunikasi dengan lebih banyak cara. Namun, mempelajari suatu hal “baru” tentunya bukan perkara yang mudah. Tanpa ada pengaplikasian secara langsung, motivasi kita untuk mempelajari 

hal tersebut cenderung pasang surut. Sebagai contoh, orang Papua mayoritas kurang bisa menggunakan bahasa Jawa dengan fasih, begitupun sebaliknya. Hal ini salah satunya disebabkan karena kurangnya “keharusan” untuk mempelajari suatu bahasa lain di daerah tersebut. Selain itu, kurangnya penggunaan bahasa baru dalam kehidupan sehari-hari juga dapat menjadi halangan untuk meningkatkan kemampuan bahasa.

Sejalan dengan itu, apabila kita “diharuskan” mempelajari bahasa baru untuk berkomunikasi kepada sesama di suatu daerah, tentunya hal tersebut akan sangat mendukung proses pembelajaran bahasa sebagai cara kita untuk “survive” di daerah tersebut.

Namun, dengan keberadaan internet, semua masalah tersebut seakan menghilang. Dengan internet, kita dapat dengan mudah berkomunikasi dengan orang lain yang bahkan berada di daerah atau negara lain dengan bahasa yang berbeda. 

Dengan mudahnya berkomunikasi kepada orang lain, kita dapat secara langsung mengaplikasikan sekaligus melatih penggunaan bahasa baru yang kita pelajari. Selain dari komunikasi, internet juga memungkinkan berbagai kemudahan dalam mempelajari bahasa baru.

Kita dapat menggunakan berbagai sumber belajar bahasa yang tersedia di internet dimana kita dapat mengaksesnya dengan sangat cepat. Sumber tersebut pun tersedia dalam berbagai macam bentuk, teks, video, music, dan lain sebagainya. 

Salah satu “platform” yang populer adalah “YouTube” dimana kita dapat mempelajari bahasa baru dengan bentuk video. Pembelajaran pun tak hanya dalam bentuk penjelasan saja, melainkan ada banyak sekali bentuk-bentuk pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan hobi kita.

Sebagai contoh, terdapat beberapa “content creator” di YouTube yang menyajikan konten hiburan namun dengan penggunaan bahasa asing. Selain terhibur, kita juga dapat mempelajari penggunaan bahasa asing tersebut. Sebut saja seorang 

Windah Basudara dengan konten gamingnya yang berpadu dengan penggunaan beberapa istilah bahasa Inggris yang membuat penontonnya secara bersamaan merasakan pembelajaran dan juga hiburan. Selain itu, tak jarang juga ia memainkan game yang berbasis bahasa Inggris 

sehingga ia juga sering menerjemahkannya kepada penonton agar penonton dapat mengerti cerita dari game tersebut. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang dikemas dengan “game”.

Selain dari sisi gaming, ada juga “YouTuber” dengan konten-konten yang menunjukkan keseharian hidupnya di luar negeri seperti Jerome Polin. Dalam konten kesehariannya, ia menyajikan hal-hal yang lucu dan juga berbagai hal di Jepang yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi penontonnya. 

Selain itu, penggunaan bahasa Inggris dan Jepang dalam kehidupannya selama hidup di Jepang juga dapat menjadi media pembelajaran bagi penontonnya untuk mempelajari kedua bahasa tersebut.

Selain dari “YouTuber”, ada juga pembelajaran dengan menonton film yang disukai. Kemajuan internet memudahkan orang untuk menonton film dengan fitur “subtitle” dalam berbagai macam bahasa. Dengan memanfaatkan fitur tersebut, penonton dapat dengan mudah menggunakan “subtitle” bahasa asing yang ingin dipelajari. Bahkan, dapat juga digunakan 2 “subtitle” yang berbeda sehingga memudahkan dalam pengertian terhadap bahasa asing.

Tak hanya dari “subtitle” saja, bahkan kita juga dapat mempelajari dengan menonton film-film dengan pengisi suara berbasis bahasa asing. Sebagai contoh ada “Anime” dengan pengisi suara berbasis bahasa Jepang dan ada juga yang berbasis bahasa Inggris. “Anime” 

sendiri merupakan suatu film animasi yang berasal dari Jepang dengan peminat yang cukup banyak tidak hanya dari Jepang sendiri, namun juga dari berbagai negara dari belahan dunia. Kepopuleran “Anime” di kalangan remaja tentunya mendorong keinginan mereka untuk mempelajari bahasa yang digunakan di “Anime” tersebut sehingga tak jarang orang menjadi mengerti bahasa asing “hanya” dengan menonton suatu film.

Dengan berbagai kemudahan akses terhadap pembelajaran tersebut, tak heran bila peningkatan minat terhadap bahasa dan budaya asing meningkat seiring dengan berkembangnya internet.

Keberadaan internet sangat memudahkan proses pembelajaran bahasa baru. Sebelum adanya internet, pembelajaran bahasa sering dilakukan dengan membaca kamus dan juga buku-buku. Namun, dengan adanya internet, cara pembelajaran bahasa tidak hanya dengan membaca saja, tapi sangat variatif.

Dibalik kemudahan yang ditawarkan internet, tentunya ada beberapa hal yang menjadi sisi negatif penggunaan internet itu sendiri. Dengan kemudahan berkomunikasi terhadap orang di daerah atau negara lain dan juga dengan mudahnya menonton apapun di internet, 

minat orang untuk mengunjungi daerah atau negara tersebut secara langsung dapat menurun. Hal ini dapat mengurangi pembelajaran yang memang dapat lebih didapatkan apabila mengunjungi tempat tersebut secara langsung, yaitu pengalaman kehidupan di daerah atau negara tersebut. Selain itu, pembelajaran budaya yang hanya bisa didapatkan bila mengunjungi tempat tersebut secara langsung juga tidak didapatkan.

Akhir kata, internet sangat memicu minat untuk mempelajari bahasa dan budaya asing. Namun, penggunaannya juga harus dapat diseimbangkan pembelajaran secara langsung sehingga menambah pengetahuan dengan lebih  maksimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun