Mohon tunggu...
Shanty Dewi Arifin
Shanty Dewi Arifin Mohon Tunggu... Administrasi - Arsitek murtad yang lebih bahagia jadi istri arsitek

Writer wannabe yang tinggal di Bandung dan suka berbagi cerita di www.ceritashanty.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pohon Kehidupan (bagian 1)

6 Juni 2016   21:12 Diperbarui: 13 Juni 2016   20:36 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hanya Devan yang mampu membangkitkan harga dirinya. Hanya Devan yang bisa menyentuhnya pada posisi yang tepat dan mampu membuatnya melayang. Dimana? Tepat di hatinya. Devan pasti dapat ide dari Ari Lasso pikirnya sambil mengalunkan refrain lagu itu di kepalanya.

Sentuhlah dia tepat di hatinya

Dia kan jadi milikmu selamanya

Sentuh dengan setulus cinta

Buat hatinya terbang melayang.

Tanpa terasa bibirnya tertarik menyungingkan senyum tipis. Untuk pertama kalinya ia merasa nyaman. Devan tidak pernah melukai harga dirinya. Dukungan dan pujian yang tulus dari pria 25 tahun itu benar-benar membuatnya ketagihan. Ini yang benar-benar ia perlu. Bukan cercaan yang memojokkannya ke ujung tebing atau menekan dadanya hingga sesak napas.

“Kamu itu kenapa tidak bisa usaha seperti teman-temanmu? Jangan hanya bisa ngabisin uang aja?” cecar suaminya

“Mama ini bisanya ngomong aja, tapi nggak pernah melakukannya sendiri,” ujar anak bujangnya.

“Mama sok tahu, hypocrite - munafik!” teriak gadisnya.

Tak terasa air matanya meleleh.

Sedemikian buruknya aku? Aku tahu mereka benar. Semakin mereka benar, semakin hancur harga diriku. Seperti mereka membantu mengingatku untuk selalu memakai label itu di jidat. Aku tidak boleh lupa bahwa aku hanya bisa menghabiskan uang suami, sok tahu, munafik. Tapi kalian semua membuatku terjepit. Aku tidak bisa bergerak di ujung tebing ini. Aku bahkan tidak bisa bernapas dengan dada yang terhimpit!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun