Inilah yang perlu disikapi secara arif, misalnya muncul pemberitaan yang tidak sesuai fakta terhadap Partai Golkar, pengurus dapat melakukan klarifikasi dengan memaparkan fakta dan data ke hadapan publik. Kiranya publik sudah cerdas dan mampu membedakan berita yang benar ataupun berita yang mengandung unsur fitnah.
Komunikasi interaktif harus didukung oleh kemampuan SDM partai yang memadai, khususnya tim yang bertugas mengelola informasi dan kehumasan. Untuk itu pendidikan dan pelatihan kepada tim informasi dan humas perlu diperkuat, dengan begitu akan muncul penyambung komunikasi antara partai dan masyarakat yang handal dan profesional.
Bukan hanya di tingkat pusat semata yang perlu mendapat penguatan tim informasi dan humas, di tingkat daerah juga perlu dilakukan hal yang serupa. Airlangga Hartarto sebagai ketua umum nantinya jika terpilih juga perlu memikirkan model komunikasi politik yang cocok diterapkan di masing-masing daerah karena memiliki karakter yang bisa jadi berbeda-beda. Hal ini bisa disesuaikan dengan kearifan lokal yang terdapat di daerah tersebut. Pengurus Golkar di daerah juga harus melakukan jemput bola, tidak hanya menunggu masukan yang datang dari masyarakat. Dalam berbagai forum warga, misalnya di suatu desa, para pengurus ini datang silaturahmi ke acara tersebut untuk mengakrabkan diri. Darisanalah, pengurus maupun anggota Partai Golkar yang duduk di DPRD dapat mendengar keluh kesah warga yang kemudian ditampung untuk dicarikan solusi bersama. Masukan, saran dan ide warga itu yang menjadi dasar dalam perumusan kebijakan yang dibahas bersama dengan kepala daerah.
Kantor sekretariat Partai Golkar baik di pusat maupun daerah harus bisa menjadi rumah besar yang terbuka. Masyarakat dapat dengan mudah untuk datang kesana, hal ini untuk mengubah paradigma elitis. Para pengurus juga diharapkan mau berbagi ilmu dan pengetahuan kepada masyarakat dalam mengelola organisasi politik dan bertukar pandangan menyangkut politik yang bermartabat dan santun.
Penutup
Konflik internal hanya akan membuat partai terjatuh ke dalam lubang yang dalam. Banyak energi dan waktu yang terkuras, sedangkan negara membutuhkan partai yang solid dan mampu mengawal berbagai kebijakan negara dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat. Mengembalikan kepercayaan publik adalah hal utama, yang disertai dengan rekonsiliasi di tubuh internal. Munaslub menjadi ajang bagi upaya rekonsiliasi Partai Golkar untuk menemukan kepemimpinan baru yang benar-benar memiliki pandangan visioner dan mampu merangkul semua golongan. Pemecatan terhadap kader yang sebelumnya berseberangan, tentu perlu ditinjau ulang dalam artian perlu dipulihkan lagi keanggotaannya. Visi yang telah dicanangkan, kelak harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Airlangga Hartarto juga harus tampil sebagai pemersatu yang progresif dengan tetap menghormati dan mendengarkan saran dari kalangan “sesepuh” Partai Golkar. Selain mendengar saran dari kalangan sepuh, Airlangga Hartarto juga mendengar masukan konstruktif dari kalangan muda, sehingga keduanya bisa berimbang untuk kemajuan Partai Golkar dan kejayaan bangsa Indonesia. #SaveGolkar
Untuk melihat secara lengkap visi Airlangga Hartarto dapat mengunjungi laman:
http://www.airlanggahartarto.com/2016/03/15/eka-sapta-eka-trio-visi-misi-airlangga-hartarto/ akses 5 April 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H