Tahapan yang terakhir menurut Kierkegaard merupakan tahapan religius. Tahapan ini merupakan tahapan yang membuat orang berserah sepenuhnya kepada Tuhan menurut kepercayaan mereka.
Dalam tahapan ini diperlukan iman yang besar dan sebuah “lompatan iman (leap of faith)” dari rasionalitas kepada iman. Bagi Kierkegaard kita percaya terlebih dahulu baru ada Tuhan. Beliau sangat mementingkan hubungan personal dengan Tuhan. Tetapi hal ini pun masih bisa dibagi berdasarkan reaksi orang tersebut:
Penggemar religius: orang yang seperti ini mengikuti sebuah ajaran agama karena menurutnya menarik dan seringkali ketika datang krisis atau hal buruk yang bisa saja berkaitan dengan agama tersebut ia langsung mengingkari imannya.
Religius yang mau berkorban: bisa saja sama dengan tipe orang yang pertama, yang mulai mengikuti karena menarik tetapi perbedaannya adalah tipe yang ini mau berkorban bahkan walaupun harus mati. Maka krisis pun tidak menjadi ombak yang terlalu tinggi baginya untuk tidak menyebrangi lautan. Oleh sebab itu krisis ini sangat krusial untuk pertumbuhan iman dan juga pengujian iman.
Manusia yang menurut Kierkegaard memiliki kehidupan religius yang benar adalah Abraham yang meskipun diminta oleh Allah untuk mempersembahkan anaknya satu-satunya ia tetap mau taat dan benar-benar mengikuti imannya meskipun dicobai. Hasilnya pun setara ia justru bukan hanya tidak jadi mengorbankan anaknya tetapi ia juga memiliki keturunan yang banyak seperti pasir di pantai dan bintang di laut yang masih bertumbuh hingga zaman ini yaitu Israel.
Disinilah puncak kehidupan seseorang menurut Kierkegaard. Setiap orang yang semakin menuju ke arah kehidupan religius menjadi lebih otentik.
Tetapi tidak semua orang dapat melalui tahapan ini. Ada mungkin yang terus-menerus di tahapan itu sampai mati. Ada juga yang mulainya bukan dari tahapan estetis tapi mungkin langsung etis yaitu orang-orang yang dari kecilnya sudah berpikir dengan etis. Tetapi ada juga orang yang justru mundur misalnya dari etis menjadi estetis.
Ada juga yang langsung lompat dari tahapan estetis menuju religius. Salah satu contohnya adalah Agustinus dari Hippo yang pada masa mudanya hidup berdasarkan kesenangannya, kesenangan duniawi dan akhirnya bertobat dan menjadi hamba Tuhan disinilah adalah lompatan dari tahapan estetis menjadi tahapan religius.
Kritik Kierkegaard terhadap Hegel: