Mohon tunggu...
Schmuel Matthew Muhea
Schmuel Matthew Muhea Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seorang siswa SMA

"Orang menuntut kebebasan berbicara sebagai kompensasi atas kebebasan berpikir yang jarang mereka gunakan." -Søren Kierkegaard

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kierkegaard: Menjadi Seorang Manusia

1 Maret 2022   12:00 Diperbarui: 1 Maret 2022   12:03 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: edsitement.neh.gov

Tahapan yang pertama adalah tahapan estetis. Kata estetis berarti keindahan, bahkan kesenangan. Pada tahap ini seseorang berkomitmen pada kesenangan dan kesenangan adalah hidupnya. 

Maka, kejadian di dalam hidup orang tersebut diputuskan berdasarkan kesenangannya sendiri. Orang yang mau mengejar kesenangan terus-menerus biasanya tidak mau berkeluarga, karena kalau berkeluarga ia harus mengorbankan dirinya, waktunya, dan banyak hal lainnya untuk membangun keluarga tersebut. Pada tahapan ini Kierkegaard membaginya menjadi 2 tipe orang:

1.      Immediate Aesthetic (kesenangan langsung): orang yang berada pada tahapan ini lebih menyukai kesenangan-kesenangan yang langsung dapat membahagiakannya sebagai seorang manusia. Entah kesenangannya adalah kemabukan, seks, atau bahkan hawa nafsu lainnya yang membuat dia ingin langsung merasakan kesenangan tersebut. 

Bahkan musik yang langsung membawa kesenangan tertentu pada seseorang bisa menjadi salah satu hal dari immediate aesthetic. Contoh fiksi yang bisa kita lihat adalah Don Juan yang “berkomitmen” secara tidak langsung untuk berhubungan dengan perempuan secara terus-menerus, tetapi dengan perempuan yang berbeda-beda, yang pada zaman sekarang seringkali disebut dengan istilah “playboy”.

2.       Reflective Aesthetic (kesenangan reflektif): orang-orang pada tahapan ini menikmati proses kesenangan dalam refleksi. Orang tersebut harus belajar baru menghargai hal tersebut atau bisa dikatakan orang tersebut untuk menikmati hidupnya perlu belajar. 

Misalnya musik klasik, tidak semua orang menyukainya secara langsung tetapi ada orang yang mempelajarinya dan menghargai musik tersebut karena usaha keras yang dilakukan komponis tersebut untuk menciptakan suatu lagu yang indah dan memiliki arti yang baik. Contoh yang terdapat pada kehidupan nyata adalah seperti Albert Einstein yang menyukai fisika dan haus akan ilmu pengetahuan. Ia menikmati proses belajar tersebut sejak ia kecil dan menjadi seorang reflective aesthetic.

Uniknya dari tahapan ini seseorang yang memiliki tipe estetik yang berbeda bisa bingung melihat orang yang memiliki tipe estetik yang berbeda dengan dirinya. 

Tetapi, orang estetis bisa menjadi bosan (boredom), dia hanya melakukan hal-hal yang dia senangi saja dan jika hal itu sama secara terus-menerus orang tersebut bisa menjadi bosan ketika sudah sampai puncaknya. Maka orang yang sudah bosan seperti ini biasanya akan masuk ke tahapan berikutnya yaitu tahapan etis.

Tahapan etis atau yang biasa kita sebut dengan etika merupakan tahap yang membuat orang hidup berdasarkan pikirannya yang berpikir dengan rasio dan akal sehat dan etika. Orang yang mengikuti hal ini biasanya akan memiliki pemikiran yang jauh lebih berkembang daripada orang yang hanya hidup karena kesenangannya, karena ia mulai berpikir sesuatu yang benar dan menjalankannya. Orang yang seperti ini sudah mulai mendekati prinsip komitmen yang berdasarkan kebenaran. 

Salah satu contoh dalam sejarah filsafat mengenai orang seperti ini merupakan Socrates. Socrates hidup dengan pikiran etikanya dan juga berpikir tentang etika itu sendiri. Singkat cerita mengenai Socrates, ia adalah seseorang yang tidak mempercayai dewa/dewi Yunani pada waktu itu dan mengajarkan ajaran baru kepada generasi muda. 

Hal ini membuatnya dijatuhi hukuman mati dengan meminum hemlock yang membuatnya mati. Tetapi uniknya adalah Socrates memiliki peluang untuk kabur tetapi memilih untuk tidak melakukannya, berdasarkan prinsip etika yang benar. Hal ini membuat Kierkegaard dan penulis pun setuju bahwa Socrates termasuk dalam kategori orang yang menjalani hidup dengan etis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun