Mohon tunggu...
Asyana Eka Putri
Asyana Eka Putri Mohon Tunggu... Lainnya - scholasticaasyana@gmail.com

I analyze data and give strategic insights to help business entities grow and make huge impact. Passionate about inclusive technology for greater good.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Sekolah Tak Mesti Tinggi, Tak Mesti ke Luar Negeri

19 Juli 2017   20:02 Diperbarui: 21 Juli 2017   02:50 2816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamu belajar apa? Apa yang kamu pelajari?

Percuma ketika kita sekolah jauh-jauh atau tinggi-tinggi tapi kita tak memahami apa yang kita pelajari, apa esensinya, apa yang mau kita lakukan dengan ilmu yang kita miliki.

Jika ilmu yang kita pelajari tak lagi menyentuh inti hati dan tak membuat kita merasa senang mempelajarinya, jauh-jauhnya jarak dan tinggi-tingginya kesempatan hanya akan menjadi siksa yang beruntun, "Kok nggak selesai-selesai ya?", disinilah kadang lumrah ditemui homesick, ada kata-kata ingin menyerah, lalu stress dan jadi tak sehat batin maupun fisiknya.

Kesimpulannya, kata saya, boleh setuju boleh tidak: sekolah boleh dekat-dekat dan tidak harus selalu tinggi-tinggi!

Ya, ini saya yang bicara. Saya. Seorang anak yang memohon-mohon pada orangtua untuk diikhlaskan merantau jauh-jauh demi melihat dunia dan mengejar gelar sarjana. Jauh sekali. Saya sampai malas pulang karena perjalanannya sangat lama dan membuat badan pegal.

Ya, ini saya yang bicara. Saya. Karena saya melihat dan mendengar dengan mata dan telinga saya sendiri bagaimana anak-anak sering dibanding-bandingkan, dikomparasikan, dibentuk sesuai keinginan orangtua mereka.

"Contoh si A itu, sekolahnya di luar negeri"
"Contoh si B dong, udah jadi professor lho dia"
"Contoh si C, kuliahnya serius, dapet cum laude"

Padahal tidak semua yang berhasil sekolah di luar negeri, yang berhasil jadi professor, yang berhasil  lulus cum laude itu berhasil menjadi seorang "manusia". Ada yang menghalalkan segala cara: menyontek, nitip anak ke kerabat, ketika lulus dan kerja malah jadi koruptor... Role model seperti itukah yang mau kita sodorkan ke generasi muda?

Bukan.

Tiap anak punya kesukaannya masing-masing dan tujuan hidup mereka berbeda-beda. Ada yang memang tidak mau kuliah di luar negeri, dan ada yang memang tak mau sekolah tinggi-tinggi karena mereka memang mau langsung mengabdi. Contoh: adik saya.

Kami beruntung punya orangtua yang tak pernah membandingkan anak-anaknya karena karakter kami sangatlah berbeda. Saya memang suka aktivitas sosial dan ingin ke luar negeri sejak kecil, tapi Adik tidak, dan orangtua saya TIDAK PERNAH sama sekali berkata, "Contoh kakakmu itu kuliah sampai Prancis, ikut kegiatan A B C D", ya karena Adik saya memang punya jalan yang beda dengan saya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun